Budaya: Kisah Istri istri Panembahan Senopati, Salah Satunya Jadi Panglima Perang || Bli Andre

Описание к видео Budaya: Kisah Istri istri Panembahan Senopati, Salah Satunya Jadi Panglima Perang || Bli Andre

Jogja - Panembahan Senopati merupakan sosok pendiri Kerajaan Mataram Islam yang dikenal sebagai salah satu pemimpin dengan peran pentingnya dalam sejarah berdirinya Jogja. Di balik kejayaannya sebagai penguasa, siapakah sebenarnya istri Panembahan Senopati?
Terdapat perbedaan informasi mengenai jumlah istri Panembahan Senopati. Beberapa literatur menyebutkan bahwa ia memiliki tiga istri, sementara ada pula versi yang menjelaskan bahwa sang raja memiliki empat istri.

Dari pernikahannya, ia mendapatkan 14 anak yang salah satunya kelak menjadi penerus takhta Mataram Islam, yaitu Prabu Hanyakrawati yang kemudian diteruskan oleh putranya, yakni Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Lantas, bagaimana kisah istri-istri Panembahan Senopati? Simak rangkumannya di bawah ini.

Kisah Istri-istri Panembahan Senopati
Ratu Mas Mustika Jawi
Waskita Jawi atau Ratu Mas Mustika Jawi merupakan putri dari Ki Ageng Penjawi sehingga masih termasuk keturunan dari Raja Brawijaya V. Waskita Jawi memiliki seorang adik, yaitu Adipati Pragola.

Dalam buku 'Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II' karangan Peri Mardiyono, dijelaskan bahwa Adipati Pragola pernah melakukan pemberontakan karena tidak terima sang kakak akan dimadu oleh Panembahan Senopati.

Saat itu, Adipati Pragolo ikut serta membantu sang raja untuk mengambil alih Madiun. Akan tetapi, Putri Adipati Madiun, yaitu Retno Dumilah dibawa oleh Panembahan Senopati untuk dijadikan istri. Adipati Pragola pun menentang pernikahan tersebut karena khawatir kedudukan Ratu Mas, kakaknya, akan terancam.

Mendengar pemberontakan Adipati Pragola, Panembahan Senopati memerintahkan anaknya dari Waskita Jawi, yakni Raden Mas Jolang untuk menghentikannya. Sayangnya, Mas Jolang justru terluka sehingga Ratu Mas Mustika Jawi bersedia mengorbankan adiknya apabila sang raja berniat membunuhnya.

Sejak awal, Panembahan Senopati tidak ingin melawan adik iparnya sendiri. Meskipun begitu, pasukan Adipati Pragola berhasil dipukul mundur oleh prajurit Mataram Islam.

Retno Ayu Dumilah
Dikutip dari laman resmi Kelurahan Rejowinangun Kota Jogja, Retno Ayu Dumilah adalah anak dari Adipati Madiun. Kendati perempuan, ia pernah menjadi panglima perang dengan menggunakan keris andalannya, yaitu Kiai Gumarang.

Pada masa itu, Mataram kesulitan untuk mengalahkan Madiun dan kedua belah pihak juga mengalami kerugian besar karena kehilangan prajurit-prajurit terbaiknya. Retno Dumilah pun merasa prihatin melihat penderitaan rakyatnya akibat perang dengan Mataram.

Untuk mengakhiri penderitaan tersebut, Retno Dumilah setuju untuk menerima tantangan Panembahan Senopati yang menawarkan perang satu lawan satu, di mana pihak yang kalah harus tunduk kepada si pemenang.

Meskipun pertarungan sengit, Retno Dumilah bukanlah lawan yang mudah. Panembahan Senopati lantas menyadari bahwa mengalahkannya akan menjadi keuntungan bagi Mataram. Sang raja pun memutuskan untuk menggunakan sebuah siasat dan merayu Retno Dumilah dengan memanfaatkan daya tariknya.

Akhirnya, Retno Dumilah menerima kekalahan. Hasilnya, demi keberlanjutan rakyat dan prajuritnya, Retno Dumilah diangkut ke Mataram dan dijadikan permaisuri kedua oleh Panembahan Senopati. Dari pernikahannya, ia memiliki tiga orang anak, yaitu Raden Mas Julig, Raden Bagus, dan Raden Mas Keniten.

Nyai Mas Adisara
Mengutip dari Babad Tanah Jawi karangan W.L. Olthof, Nyai Mas Adisara merupakan abdi dalem Mataram Islam yang dijadikan umpan oleh Panembahan Senopati untuk pergi ke Madiun. Dalam versi lain, Adisara disebutkan sebagai selir sang raja.

Melihat bahwa pasukannya kalah jumlah dibanding pasukan Madiun, Panembahan Senopati mengambil langkah taktis. Ia memilih untuk mengirim Nyai Adisara beserta 40 pengiringnya untuk bertemu dengan Panembahan Emas.

Tanpa mengalami kesulitan, tandu yang membawa wanita cantik itu berhasil mencapai Panembahan Emas. Sang adipati pun terpikat oleh kecantikan Nyai Adisara sehingga ia percaya bahwa Senopati menyatakan bahwa dirinya akan menyerah.

Bahkan, Senopati juga meminta air bekas cucian kaki Panembahan Emas untuk dijadikan minuman, hal ini disampaikan Nyai Adisara ke sang adipati. Setelah itu, Nyai Adisara kembali ke kemah Senopati di sebelah barat sungai.

Pada hari berikutnya, sebagian pasukan Jawa Timur mundur ke wilayah masing-masing setelah mendengar kabar bahwa Senopati akan takluk. Dengan memanfaatkan situasi ini, Panembahan Senopati pun melancarkan serangan terhadap Madiun.

Selengkapnya https://www.detik.com/jogja/budaya/d-....

#news #berita #beritaterkini #beritaviral #beritaterbaru #beritahariini #beritaupdate #gusfuadplered gusfuadplered #gusfuadchannel

Комментарии

Информация по комментариям в разработке