CERITA SANG PERINTIS PALASARI!

Pembabatan hutan lebat oleh 18 orang muda yakni :
1.Gerardus I Gst Kompyang Djiwa (sbg Ketua Kelompok),
2.Mateus I Nyoman Runtun,
3.Thomas I Nyoman Narta,
4.Stanislaus I Nyoman Senteg,
5.Tadeus I Wayan Rinten,
6.Sebastianus I Made Senin,
7.Robertus I Nyoman Ngantem,
8.Nikolaus I Made Cetug,
9.Yoseph I Nyoman Taweg,
10.Blasius I Wayan Kepug,
11.Antonius I Wayan Geledug,
12.Raimundus I Wayan Kerosok
13.Kornelius I Ketut Kenyir
14.Yohanes I Wayan Nyuntug
15.Andreas I Ketut Sobrat
16.Kornelius I Made Kebek
17.Yoseph I Nyoman Manis
18.Teodorus I Ketut Celonok
telah membuka lahan baru untuk pemukiman dan bercocok tanam. Lokasinya ada di Palasari Lama di sebelah selatan sungai. Dengan kedatangan sejumlah 24 keluarga di bawah pimpinan Pater Simon Buis maka terbentuklah sebuah komunitas kristiani yang baru. Di tempat ini mereka mulai membiasakan diri terpisah dari keluarga inti mereka di Tuka. Komunikasi saling kunjung-mengunjungi terus berjalan,pada umumnya dengan berjalan kaki menyusuri pesisir pantai karena saat itu belum ada kendaraan umum. Dengan adanya pendampingan oleh Pater Simon Buis maka kehidupan rohani dan iman mereka pun tetap terpelihara. Lokasi pemukiman dan pertanian yang kekurangan air terutama di musim kering membuat mereka berusaha keras untuk mendapatkan air dengan membuat irigasi dengan menyalurkan air sungai dalam hutan. Sebuah harapan akan hidup dalam suasana damai dan masa depan yang lebih cerah di tempat baru ini pun mulai terpancar.Perlahan-lahan migrasipun terjadi dan semakin banyak warga baru yg berdatangan ke Palasari lama ini.
Dengan alasan tempat yang kurang strategis dan jumlah warga baru yang semakin meningkat, maka Pater Simon Buis kembali menghadap ke Pemerintah Hindia Belanda untuk memohon ijin memperluas wilayah. Setelah ijin diberikan maka mulailah pembukaan lahan baru dengan membabat hutan di sebelah utara sungai yang selanjutnya akan menjadi Kampung Palasari yang baru