DOKUMENTER PENERIMA RUMAH SYUKUR KEMERDEKAAN INDONESIA LAYAK HUNI SHIDDIQIYYAH

Описание к видео DOKUMENTER PENERIMA RUMAH SYUKUR KEMERDEKAAN INDONESIA LAYAK HUNI SHIDDIQIYYAH

Atas Berkat Rochmat Alloh Yang Maha Kuasa

Sudah 79 tahun Indonesia merdeka. Namun, di balik gemerlap perayaan dan semangat kebangsaan, ada pertanyaan yang masih menggantung di benak kita semua.

sudahkah kita benar-benar merdeka?


Bagi sebagian orang, kemerdekaan bukan sekadar kata, tetapi harapan yang masih tertunda. Harapan untuk memiliki rumah yang layak, tempat di mana mereka bisa merasa aman dan nyaman. Di sini, di tengah semangat kemerdekaan, kami menemukan bahwa masih ada saudara-saudara kita yang belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya


Jika kemerdekaan adalah hak setiap warga negara, mengapa masih ada yang belum merasakannya?

sudahkah kita merdeka, ketika masih banyak fakir miskin dan yatim piatu yang terlantar ?

Sudahkah kita merdeka, ketika masih banyak masyarakat yang belum memiliki rumah yang layak?


Dalam semangat kemerdekaan, kami warga Thoriqoh Shiddiqiyyah melalui Organisasi DIBHRA, sesuai dengan arahan dari Sang Maha Guru Al Mukarrom Kyai Muchammad Mukhtarullohil Mujtabaa Mu’thi ingin membuktikan bahwa kemerdekaan bukan hanya sekadar perayaan, tetapi aksi nyata untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia




____


Di sebuah sudut kecil di desa ini, hidup seorang ibu yang begitu kuat dan penuh kasih sayang. Namanya Ibu Sulaiya, seorang janda berusia 33 tahun yang telah berjuang keras demi anak-anaknya, meski harus tinggal di rumah sewa yang sederhana.

Beberapa tahun yang lalu, Ibu Sulaiya kehilangan suaminya. Sejak saat itu, dia harus menjalani peran ganda sebagai ibu dan ayah bagi anaknya. Kehilangan suami bukanlah akhir dari perjuangannya, melainkan awal dari perjalanan yang penuh tantangan, termasuk berusaha memberikan tempat tinggal yang layak bagi anak-anaknya.

Setiap pagi, Ibu Sulaiya pergi ke sekolah dasar, bukan sebagai pengantar anak, melainkan sebagai penjual cilok. Dengan senyum yang selalu terpancar di wajahnya, dia menjajakan cilok buatannya sendiri. Malam hari, ketika kebanyakan orang beristirahat, Ibu Sulaiya masih sibuk membuat cilok di dapur, memastikan cukup untuk dijual keesokan harinya. Namun, semua kerja keras itu belum cukup untuk memberinya satu hal yang paling diimpikan yaitu sebuah rumah milik sendiri.

Setiap hari adalah perjuangan bagi Ibu Sulaiya, namun dia tidak pernah menyerah. Baginya, anak-anaknya adalah alasan utama untuk tetap bertahan. 'Saya hanya ingin mereka bahagia dan punya masa depan yang lebih baik,' katanya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Namun, di balik senyumnya, ada keinginan yang mendalam akan sebuah rumah, tempat di mana anak-anaknya bisa tumbuh dengan aman dan nyaman.

Ibu Sulaiya adalah potret dari keteguhan dan cinta seorang ibu. Di balik senyumnya yang sederhana, ada kekuatan luar biasa yang membuatnya mampu menghadapi segala cobaan.

 Hari ini, melalui program DIBHRA, sebuah harapan baru terbit untuknya. Sebuah rumah, bukan sekadar tempat tinggal, tapi simbol dari perjuangan dan mimpi yang akhirnya terwujud. Inilah kisah bagaimana kita bersama membangun masa depan yang lebih baik bagi mereka yang belum sepenuhnya merasakan arti kemerdekaan.


_____



Pembangunan Rumah Syukur Kemerdekaan Indonesia Layak Huni Shiddiqiyyah (RSKILHS) merupakan program dari Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah Al Mukarrom Kyai Muchammad Mukhtarullohil Mujtabaa Mu’thi, yang dilaksanakan setiap tahunnya 


Mengusung tema "Ngeruwat Indonesia" yang bisa diartikan: Pemeliharaan Indonesia. Pada tahun ini, pembangunan Rumah Syukur meningkat, terbukti dari data yang masuk sudah mencapai 128  unit dan masih terus bertambah.

#faktashiddiqiyyah #kemerdekaanbangsaindonesia #rumahsyukur

Комментарии

Информация по комментариям в разработке