Ajaran Leluhur 18: Kutukan Bhatara Kawitan

Описание к видео Ajaran Leluhur 18: Kutukan Bhatara Kawitan

Ajaran Leluhur (18) Kutukan Bhatara Kawitan (1)

Kini Joko Kendal mulai paham bahwa memuja para Leluhur tak ubahnya memuja Tuhan bagi mereka yang telah memahami kesejatian Tuhan dalam segala nama dan rupaNya. Tapi ada yang kemudian mengusiknya.

"Manu, jika memuja Tuhan bisa dilakukan dengan memuja leluhur di pelinggih Rong 3 atau Rong 2 di tempat suci keluarga, lalu kenapa konon umat Hindu di Bali harus datang sembahyang di pura Kawitan? Bukankah Sanggar Kemulan dan Pura Kawitan itu sama saja?"

"Konon pula katanya kalau tidak pernah sembahyang ke Kawitan atau tidak menemukan Kawitan, umat Hindu di Bali akan dikutuk Bhatara Kawitan dan sengsara hidupnya. Mengerikan sekali."

Manu tersenyum penuh permakluman.

"Joko, ada sejumlah pemahaman bisa kau temukan dalam konsep kutukan Bhatara Kawitan bagi keturunan yang tidak pernah sembahyang ke Kawitan atau tidak menemukan Kawitannya."

"Pertama, kerangka ajaran Hindu itu ada Tattwa (filsafat), Susila (Etika) dan Upacara. Upacara itu artinya acara untuk mendekat (Upa) kepada Tuhan."

"Dalam konsep Tattwa atau filsafat, mereka yang tidak menemukan Kawitan, atau tidak menemukan dan mengenali dirinya, tidak tahu darimana mereka berasal, akan cenderung hidup dalam kesengsaraan."

"Sebab mereka yang tidak menyadari diri sejatinya sebagai Atman, akan merasa dirinya hanya sebatas identitas tubuh, atau identitas pikiran, bahkan identitas ego. Mereka digerakkan oleh ego atau pikiran terbatas dalam setiap pemikiran, perasaan, sikap, ucapan dan perilaku."

"Ketidaksadaran diri tentang asal atau Kawitan diri sejati dari Tuhan, akan melupakan kesejatian dirinya yang damai dan bahagia di dalam. Lalu mereka gelisah sepanjang mencari kebahagiaan dari dunia luar."

"Mereka yang tidak benar-benar memahami Kawitan, tidak akan mengenali bahwa sesungguhnya semua manusia adalah saudaranya sendiri, bahkan sejatinya adalah dirinya sendiri. Akibatnya mereka kerap bertikai dengan orang lain, tanpa sadar bahwa mereka bertikai dengan saudara sendiri."

"Bila sudah demikian, tentu saja kehidupan orang yang lupa Kawitan atau asal kesejatian diri itu, akan dipenuhi pertikaian, sifat dan sikap buruk pada kehidupan, dan akhirnya mengalami kesengsaraan oleh Karmanya sendiri."

"Nah, ini sebagian kecil dari sudut pandang filsafat Kawitan. Nanti akan kulanjutkan lagi." Manu menjeda ceritanya.

Joko Kendal tak sabar menanti berikutnya.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке