JALAN MALIOBORO || SEJARAH NAMA MALIOBORO YOGYAKARTA

Описание к видео JALAN MALIOBORO || SEJARAH NAMA MALIOBORO YOGYAKARTA

Sejarah Jalan Malioboro Jogja.
Berlokasi di antara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tugu Pal Putih, jalanan Malioboro menjadi surga oleh-oleh, tempat belanja serta wisata kuliner. Jalur pedestrian yang dilengkapi dengan beberapa tempat duduk yang disiapkan Pemerintah Kota Yogyakarta, agar wisatawan dalam negeri maupun mancanegara lebih nyaman dan betah menikmati suasana Malioboro. Mulai tahun 2019 menerapkan aturan baru bahwa setiap selasa wage kawasan Malioboro bebas dari kendaraan bermotor kecuali kendaraan umum.Selain bebas kendaraan bermotor, PKL yang ada di Malioboro juga tutup. Dengan adanya aturan baru ini, banyak kegiatan diselenggarakan setiap Selasa Wage di kawasan Malioboro. Hal ini membuat Malioboro tetap padat didatangi wisatawan.
Di jalan malioboro ini Untuk memberikan kenyamanan kepada pejalan kaki wisatawan, skg setiap jam 18.00 - 21.00 WIB, Jalan Malioboro ditutup , jadi klo mau ksini dari arah utara dan timur parkir di jalan mataram dan tempat parkir abu bakar ali .Asal nama Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang berarti karangan bunga. Adapula beberapa ahli yang berpendapat asal kata nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 M.
Dulu Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan pada awal abad 19. Malioboro mulai populer pada era kolonial (1790-1945). Ketika itu, pemerintah Belanda membangun Benteng Vredeburg tahun 1790 di ujung selatan Malioboro.
Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan adanya perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Hingga tahun 1887, Jalan Malioboro dibagi dua setelah Stasiun Tugu Yogya dibangun. Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Di jalan ini pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Hingga saat ini, Malioboro terus berkembang dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya.Di Sepanjang jalan malioboro atau Jalan Margo Utomo, Malioboro dan Margo Mulyo, mungkin wisatawan akan banyak menemukan pohom asem dan gayam yang ditanam di kanan dan kiri jalan.
Rupanya pemilihan tanaman di sepanjang jalan yang membentang dari Tugu Pal Putih hingga Titik nol kilometer ini mempunyai filosofi dan makna.
Penanaman pohon ini adalah untuk mengembalikan makna filsafah jawa yang sebelumnya dikatakan sempat melebar.
Pohon gayam bermakna 'ayom' atau mengayomi dalam istilah bahasanya, sedangkan pohon asem bermakna 'nengsemake' atau menyenangkan atau memberi kesenangan,"Dijelaskan lebih lanjut, penanaman pohon gayam dan asam di Jalan Margo Utomo merupakan ubagian dari penataan kawasan Sumbu Filosofi.Sumbu ini membentang dari Tugu
Tugu Golong-Gilig (Tugu Pal Putih), Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat hingga Panggung Krapyak.
Sumbu filosofi menggambarkan tentang perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga menemui ajal (sangkaning paraning dumadi).Selain menanamkan pohon-pohon yang memiliki falsafah kuat dalam sejarah dan filosofi jawa. Nama beberapa ruas jalannnya pun juga dikembalikan pada nama aslinya yang tak melebar dari makna.
Nama jalan yang diubah antara lain Jalan Margo Utomo yang dulunya bernama Jalan Pangeran Mangkubumi.Selain Jalan Margo Utomo, penggantian nama jalan juga diberlakukan di ruas jalan lain, yaitu Jalan Ahmad Yani yang berubah menjadi Jalan Margo Mulyo dan Jalan Trikora berubah menjadi Jalan Pangurakan.
Benteng Vredeburg
Benteng ini dulunya bernama Rustenburg. Pembangunan benteng dilakukan selama periode tahun 1765-1790, saat VOC masih berkuasa.Pembangunan Benteng Rustenberg atau Vredeburg oleh VOC ini dimaksudkan untuk mengawasi aktivitas Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Saat ini, Benteng Vredeburg sudah tercatat sebagai cagar budaya dan beralih fungsi sebagai museum yang bisa dikunjungi oleh masyarakat.Benteng Vredeburg dibangun di atas lahan milik Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pembangunan dilakukan dengan pengawasan langsung dari Gubernur Pantai Utara Jawa, Nicolaas Harting.Saat ini, Benteng Vredeburg berlokasi di Kawasan Nol Kilometer (Nol KM). Kawasan ini merupakan pusat Kota Yogyakarta, dan menjadi titik temu dari arah Maliboro dan Alun-alun Utara.
‪@dolansantai‬

#malioboro #wisatajogja #terasmalioboro #jalanmalioboro

Комментарии

Информация по комментариям в разработке