Bagian

Описание к видео Bagian

Pada bagian ke 135 ini, diceritakan bahwa atas jasa-jasanya dalam menaklukan Madura pada tahun 1624 M,, Rangga Gempol Suriadiwangsa Kusumahdinata IV. diperintahkan untuk tidak pulang ke Tegal Kalong Sumedang, namun terus menetap di Kerto sebagai pembesar di keraton Mataram. Para tentaranya yang ikut menetap dengannya lalu membangun kampung Kasumedangan di sekitar Kerto, Pleret – Bantul sekarang.
Sehingga Rangga Gede Kusumahdinata III.pun menjadi Bupati Wedana tetap sepenuhnya di daerah Parahyangan, dengan wakilnya bernama Raden Wangsanata atau lebih dikenal sebagai Dipati Ukur, karena ia juga adalah seorang bupati daerah Tatar Ukur, Bandung Raya sekarang.
Bupati Rangga Gempol Suriadiwangsa Kusumahdinata IV di Kerta Mataram ini sangat disanjung oleh masyarakat. Di tengah perbincangan Rangga Gempol, Rangga Gede dan Dipati Ukur terkait keberhasilannya menaklukan Madura, lalu Rangga Gempol berkelakar kalau ia bisa saja menaklukan Matarampun hanya dalam waktu setengah hari saja. Perkataan candaan Rangga Gempol ini kedengaran oleh para ponggawa Mataram di pendoponya.
Sampailah perbincangan candaan ini kepada Sultan Agung Hanyokrokusumo. Sontak saja Sultan Agung Mataram berang setelah mendengar kabar tersebut. Ia menganggap Rangga Gempol memiliki sikap yang sangat jumawa dan meremehkan Mataram. Dalam suatu persidangan, Sultan Agung menjatuhkan vonis hukuman mati, sehingga Rangga Gempol Suriadiwangsa Kusumahdinata IV.pun wafat dihukum pancung di Kerta Mataram pada tahun 1625 M. dalam usia 37 tahun.
Setelah Raden Rangga Gempol Suriadiwangsa Kusumahdinata IV wafat dihukum pancung di Mataram dan ketika bhumi Parahiayangan dalam kepemimpinan Rangga Gede Kusumahdinata III, maka ketiga Tumenggung muda Sumedang itu menghadap Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulqodir di Surasowan Banten kerabatnya Nyi Mas Sulhalimah Ratu Widari istrinya Rangga Gempol Suriadiwangsa untuk berkomplot menyerbu Sumedang, dengan tujuan merebut kepemimpinan Parahyangan dari Rangga Gede agar bergabung sebagai wilayah Banten.
Sepeninggal Rangga Gempol Suriadiwangsa, kakak tirinya yang bernama Pangeran Rangga Gede Kusumahdinata III. selaku Bupati Wedana Priangan bersama wakilnya yang bernama Raden Wangsanata Dipati Ukur sejak tahun 1627 - 1629 M. sering diserang oleh pasukan Banten di bawah Sultan Abu al-Mafakhir dan anak sulung Rangga Gempol I yang bernama Kartajiwa atau Pangeran Kartawijaya Suriadiwangsa II itu.
Setelah dapat memukul mundur pasukan Banten Pangeran Kartawijaya Suriadiwangsa II, maka Sultan Agung Mataram memerintahkan Dipati Ukur agar mempersiapkan 10.000 prajurit. Yang akan bergabung dengan 10.000 prajurit Tumenggung Bahurekso - Bupati Kendal, untuk menggempur VOC di Batavia. Pasukan Bhumi Parahyangan Dipati Ukur Wangsanata berasal dari 9 Umbul, yaitu : Umbul Batulayang, Umbul Saunggantang, Umbul Taraju, Umbul Kahuripan, Umbul Medangsasigar, Umbur Malangbong, Umbul Mananggel, Umbul Sagaraherang dan Umbul Tatar Ukur yang sekarang menjadi wilayah Bandung Raya.
Tatar Ukur Bandung Raya ini dulu populer disebut Ukur Sasangga, artinya 9 wilayah Tatar Ukur yang terdiri dari :
1. Ukur Bandung (wilayah Banjaran dan Cipeujeuh)
2. Ukur Pasirpanjang (wilayah Majalaya dan Tanjungsari)
3. Ukur Biru (wilayah Ujungberung Wetan)
4. Ukur Kuripan (wilayah Ujungberung Kulon, Cimahi, dan Rajamandala)
5. Ukur Curugagung (wilayah Cihea)
6. Ukur Aranon (wilayah Wanayasa)
7. Ukur Sagaraherang (wilayah Pamanukan dan Ciasem)
8. Ukur Nagara Agung (wilayah Gandasoli, Adiarsa, Sumedangan)
9. Ukur Batulayang (wilayah Kopo, Rongga, dan Cisondari)

#sejarahkerajaan
#pajajaran #cirebon #banten #sundagaluh
#tembongagung #sumedanglarang
cuplikan buku #yuganing_rajakawasa #sejarah_kerajaan_di_jawa_barat oleh Drs. #yoseph_iskandar Iskandar, terbitan #cv_geger_sunten - #bandung_1997 .

Комментарии

Информация по комментариям в разработке