Konsili Vatikan II pada 25 Desember 1961—tapi dimulai pada 11 Oktober 1962,
Paus Yohanes XXIII mendaraskan doa: Tuhan, perbaruilah keajaiban-keajaibanMu pada hari ini seperti halnya pada sebuah Pentakosta yang baru. Berikanlah kepada
GerejaMu kesatuan hati dan kesetiaan dalam doa bersama Maria, bunda
Yesus dan dengan mengikuti pimpinan Santo Petrus yang terberkati, Gereja
mampu memajukan kerajaan Penyelamat ilahi kami, kerajaan kebenaran
dan keadilan, kerajaan kasih dan kedamaian. Berilah kepada kami zaman
sekarang ini suatu pembaruan Roh Kudus seperti pada Pentakosta dengan
segala mukjizatNya.
PEMBUKAAN KONSILI VATICAN KE 2 oleh Paus Yohanes XXIII pada 11 Oktober 1962
dan ditutup oleh Paus Paulus VI pada 8 Desember 1965.
Pembaruan Karismatik memang sudah menjadi pembicaraan menarik
dalam KV II, namun baru “resmi” dimulai pada tahun 1967 dan disebut
sebagai Pentakostalisme Katolik. Itu artinya, 70 tahun setelah Paus Leo XIII
menerbitkan ensiklik tentang Roh Kudus, yakni Divinum Illud Munus.
Pada saat yang bersamaan, di dalam sebuah gereja yang penuh kuasa, Roh
Kudus dimaklumkan oleh pengalaman sekelompok mahasiswa Duquesne
University, yang dikelola oleh The Holy Ghost Fathers , Pittsburg, USA.
Tadinya akan ada suatu pertemuan persahabatan (fellowship) di antara
7 mahasiswa teologi dari universitas ternama Chi Rho Society yang didirikan
beberapa tahun sebelumnya untuk membangkitkan doa, mengikuti liturgi,
memberi kesaksian kristiani dan melakukan aksi sosial.
Dua orang pria awam di fakultas terlibat secara aktif di dalam berbagai
kegiatan liturgi, kerohanian dan kerasulan. Namun mereka kecewa sebab
merasa tidak memiliki kemampuan untuk mewartakan Injil dengan kuasa
seperti yang dilakukan jemaat Kristen perdana. Pada tahun 1966, mereka
bersepakat untuk saling mendoakan agar mereka dapat dipenuhi karunia
Roh Kudus. Mereka juga sepakat untuk setiap hari mendaraskan pujian dari
Misa Pentakosta “Datang, datanglah Roh Kudus!” Patutlah dicatat bahwa
karena kedua pria yang setia pada doa ini, terjadi penyebaran baru akan Roh
Kudus di sepanjang tahun itu.
Agar mendatangkan semangat baru di dalam kelompok setelah mereka
mengalami kekeringan secara luar biasa dan kehilangan minat, mereka
memutuskan untuk mengadakan retret akhir minggu dari tanggal 17-19
Februari 1967. Pada hari Jumat, 17 Februari, 25 orang mahasiswa, imam
kampus mereka, dua moderator dan salah seorang istri, berkumpul di rumah
retret “Ark and Dove”, 15 mil ke utara pusat keramaian kota Pitsburg untuk
mempelajari dan merenungkan Kisah Rasul bab 1-4.
Mereka memulai retret dengan pujian kepada Roh Kudus “Veni Creator
Spiritus” dalam langgam Gregorian tradisional. Para peserta retret diminta
mengulangi pujian itu dalam setiap sesion untuk memohon kedatangan Roh
Kudus. Ada sesion untuk sharing dan doa. Janji Yesus sendiri yang mengatakan
“Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi, kamu
harus tinggal di dalam doa ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan
dari tempat tinggi” (Lukas 24-49). Kata-kata Yesus ini menarik perhatian
banyak peserta untuk berdoa di kapel malam harinya. Mereka mulai berdoa
dengan lantang “Terpujilah Engkau Yesus”, “Aku mengasihiMu, Yesus”.
Dua orang di antara mereka mendoakan orang lain. Pada saat itu
dirasakanlah, seakan-akan ada lidah-lidah api meliputi mereka dan mereka
mengalami pencurahaan Roh Kudus. Beberapa di antara mereka mulai memuji
dalam bahasa Roh dan karunia nubuatan dinyatakan di antara kelompok itu.
Doa itu berlangsung hingga pukul 3.00 pagi. Selanjutnya mereka berbagi
bahwa sebelumnya, mereka belum pernah mengalami kuasa Roh Kudus, kasih
Allah dan sukacita di dalam hati mereka seperti pada hari itu.
Semenjak itu, gerakan yang dialami di dalam Gereja Katolik mulai
dinamakan ”Pembaruan Karismatik (di dalam gereja Katolik), kemudian menjadi Pembaruan Karismatik Katolik (PKK).
Dengan berdoa agar Tuhan masih mau menambahkan hujan karisma
kepada Gereja, Paus Paulus VI berkata kepada Sinode Uskup di Roma pada 10
Oktober 1974, “Para kudus, yakni para bapa iman, terutama Santo Ambrosius
dan Santo Chrisostomus telah berkata bahwa karisma-karisma di zaman
dulu sangat berlimpah. Tuhan memberikan, yang boleh kita namakan ‘hujan karunia’ yang besar ini untuk menggerakkan Gereja, untuk menumbuhkan,
menguatkan, untuk mendukungnya.
Информация по комментариям в разработке