Di tengah forum internasional pendidikan yang digelar di Kuala Lumpur, suasana semula berjalan seperti biasa. Para peserta dari berbagai negara tampil bergantian menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris atau bahasa ibu masing-masing. Namun tiba-tiba, satu mahasiswa Rusia maju ke podium dan langsung menyapa dengan lantang, “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera untuk kita semua.” Semua hadirin sempat mengerutkan dahi, berpikir mahasiswa itu akan melanjutkan dalam Bahasa Melayu. Tapi bukan, ia justru berbicara lancar dalam Bahasa Indonesia—lengkap dengan diksi, tata bahasa, dan logat khas Nusantara. Seketika ruangan jadi hening, kamera langsung menyorot ekspresi para pejabat, termasuk Perdana Menteri Malaysia yang tampak terkejut dan nyaris tak berkedip.
Mahasiswa Rusia itu bukan hanya berbicara dalam Bahasa Indonesia secara fasih, tapi juga memaparkan risetnya tentang peran ASEAN dalam geopolitik global dengan sudut pandang khas Asia Tenggara. Ia menyinggung pentingnya Indonesia sebagai poros maritim dunia dan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai alat diplomasi kultural yang kuat. “Saya pelajari Bahasa Indonesia karena saya percaya, masa depan Asia bergantung pada kemampuan kita memahami budaya satu sama lain,” ucapnya, membuat beberapa peserta asal Malaysia mulai saling pandang. Sontak, forum yang semula adem berubah jadi perdebatan hangat—bukan soal isi pidato, tapi kenapa mahasiswa asing justru memilih Bahasa Indonesia ketimbang Bahasa Melayu saat berbicara di tanah Malaysia.
Fenomena ini pun memantik diskusi publik di media sosial dan kalangan akademisi Malaysia. Banyak yang memuji keberanian dan ketulusan sang mahasiswa Rusia dalam mengapresiasi budaya Indonesia. Namun tak sedikit pula yang merasa 'tertampar' secara simbolis, menganggapnya sebagai sindiran halus terhadap posisi Bahasa Melayu di pentas dunia. Apalagi, dalam konteks global, Bahasa Indonesia memang mulai menunjukkan pengaruh yang lebih luas, termasuk di kalangan penutur asing. Tak pelak, peristiwa ini menjadi cerminan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga simbol identitas, pengaruh, dan bahkan diplomasi. Satu hal yang pasti: hari itu, satu gedung konferensi benar-benar dibuat terdiam… oleh satu suara yang datang dari Rusia, namun berbicara layaknya anak Nusantara.
Follow Tiktok Hippo Academy 👇👇
/ hippoacademy.id
© Copyright Disclaimer under section 107 of the Copyright Act of 1976, allowance is made for "fair use" for purposes such as criticism, comment, news reporting, teaching, scholarship, education and research. Fair use is a use permitted by copyright statute that might otherwise be infringing.
Информация по комментариям в разработке