Sejarah Singkat Pelabuhan Donggala Part 1

Описание к видео Sejarah Singkat Pelabuhan Donggala Part 1

Pelabuhan Donggala merupakan niaga yang banyaknya di kunjungi oleh para pedagang pada masa lampau sebagai tujuan untuk berdagang, pelabuhan Donggala atau bandar dagang merupakan milik Kerajaan Pudjananti atau Banawa. Catatan sejarah tetang keberadaan pelabuhan ramai di datangi pedagang dari Nusantara hingga kaum saudagar asing dari bermacam-macam bangsa di dunia, termasuk dari Gujarat (India), Cina, Arab, bahkan Eropa. Pelabuhan Donggala memang pernah menyandang predikat sebagai bandar dagang terbesar dan teramai di pulau sulawesi, dalam pekembanganya pelabuhan donggala nyaris direbut Portugis kendati gagal, serta akhirnya dikuasai Belanda kemudian beralih ke Jepang. Pelabuhan donggala merupakan saksi sejarah dengan beberapa peristiwa bersejarah, di wiayah sulawesi tengah.
Sebelum Kerajaan Banawa muncul sebagai salah satu pusat peradaban di Sulawesi Tengah, pelabuhan di Donggala hanya berupa dermaga kecil tempat para nelayan lokal menambatkan kapal. Tempat ini seringkali juga menjadi persinggahan sementara perahu-perahu tradisional untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan pelayaran.
Lokasi Donggala yang strategis, terletak di tengah jalur niaga Selat Makassar, membuatnya cukup mudah diakses dari utara, termasuk oleh para pelaut Cina, yang hendak menuju Makassar dan Jawa atau yang sedang dalam perjalanan pulang dari Sumba dan Timor.
Orang Eropa pertama yang mencapai Sulawesi Tengah bernama Antonio de Paiva antara tahun 1542 dan 1544. de Paiva adalah pedagang Portugis yang sudah cukup lama menjalin relasi dengan bangsa Melayu, De Paiva, ungkap James T. Collins memiliki catatan tentang kekayaan alam kayu cendana di Donggala. Semenjak itu, orang-orang Eropa, khususnya bangsa Portugis yang sering beroperasi di Maluku dan Timor, semakin banyak yang datang.
Saat Kerajaan Banawa dipimpin Raja La Sa Banawa pertama Sanggalea Dg Paloera (1845-1888), kota pelabuhan ini kerap disambangi para petualang dunia. Salah satunya Joseph Conrad, pengelana sekaligus penulis asal Inggris kelahiran Polandia.
Saat Belanda masih menguasai Donggala hingga masuknya Jepang ke Sulawesi pada pertengahan 1942. Pecah pertempuran sengit yang berakhir dengan kekalahan Belanda. Sejak itu, pelabuhan Donggala menjadi pusat kedudukan pejabat Jepang yang juga membawahi Palu dan beberapa wilayah lainnya.
Pelabuhan Donggala pernah pula menjadi saksi bisu perjuangan di Sulawesi Tengah setelah Indonesia merdeka. Saat itu, Belanda dengan topeng NICA datang lagi, tepatnya pada tanggal 21 November 1945, barisan Pemuda Indonesia Merdeka (PIM) menurunkan bendera Belanda yang dikibarkan di halaman Kantor Bea-Cukai pelabuhan Donggala serta pada tanggal Setelah penyerahan kedaulatan sejak akhir 1949 pun, Pelabuhan Donggala belum sepenuhnya tenang. Menurut Makmun Salim dalam Sedjarah Operasi Gabungan Terhadap PRRI-Permesta (1971), dari tanggal 27 hingga 30 April 1958 bandar niaga ini dibombardir pesawat tempur Bomber B-26 dalam konfrontasi terkait gerakan Perjuangan Rakyat Semesta atau Permesta.
Pada masa orde baru pelabuhan donggala mengalami masa kemunduran sejak pemerintah memindahkan pelabuhan pada tahun 1978 mengalihkan fungsi dan status pelabuhan nasional dari Donggala ke Pantoloan sejak saat pelabuhan donggala tidak lagi beroprasi sebagai pelabuhan niaga maupun penumpang, kejadian terhitung semua sejak tahun di pindahkanya sampai tahun 2018, pada pada tahun 2018 pelabuhan donggala kembali beroprasi melalukan aktivitas bongkar muat yang merupakan bagian dari pelabuhan teluk palu kesempatan tersebut tidak di sia-siakan masyarakat sekitar pelabuhan untuk bekerja di pelabuhan sebagai pekerja harian lepas sampai saat ini#sulawesi traveling

Комментарии

Информация по комментариям в разработке