"NYADRAN"

MAN 1 YOGYAKARTA | BARA MANSA

“NYADRAN”

Secara etimologi, “Nyadran” berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu dari kata Sraddha yang artinya keyakinan. Dipercaya, tradisi nyadran sudah ada sejak masa Hindu-Budha. Ketika Islam masuk, dan berkembang di nusantara, Nyadran dijadikan sebagai sarana penyebaran dakwah islam di masyarakat, terutama di Pulau Jawa. Demikian, Nyadran kemudian mengalami penyesuaian menjadi sebuah rangkaian tradisi dalam menyambut Bulan Ramadan.

Nyadran diphami sebagai cara untuk menghormati para leluhur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nyadran biasanya berupa serangkaian kegiatan yaitu pembersihan makam, tabur bunga, dan acara kenduri di makam leluhur. Dalam perkembangannya kadangkala Nyadran dikaitkan dengan perbuatan syirik. Padahal sejatinya, jika dipahami secara mendalam Nyadran sangat lekat dengan nilai-nilai islami seperti mengajarkan kehidupan yang harmonis antar sesama manusia dan mensyukuri nikmat Allah SWT.

Bagi masyarakat DI Yogyakarta Nyadran tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Tradisi tersebut dilaksanakan turun-temurun hingga saat ini. Masyarakat percaya bahwa kebudayaan Jawa dengan Islam adalah sesuatu yang saling melebur dalam akulturasi.

Perbedaan telah menjadi sebuah keniscayaan, bagaimana kita menyikapinya itulah yang kemudian akan bermakna bagi kehidupan. Islam diterima di Indonesia sejak zaman dahulu hingga saat ini karena mampu berakulturasi dengan budaya. Nyadran, adalah suatu wujud akulturasi nyata yang sarat dengan nilai syiar Islam.
Melestarikan nyadran, berarti memperpanjang napas dakwah Islam.

Begitulah sejatinya dakwah, mempunyai caranya sendiri dan dakwah melalui kebudayaan adalah cara yang telah diterima terbukti di negeri ini.

instagram : @man1yogya

#kfpi_kemenag #penais_kemenag #bimasislamkemenag #pkpaikemenag #kfpikemenag #pkpai_kemenag #kfpi2022 #kemenag_ri #kusyiarislamdengancaraku #lombakfpi #KFPI #man1yogyakarta #filmpendek #lombafilmpendek #nyadran