"LESUNG JUMENGGLUNG"UPRAK SENI BUDAYA, TARI KREASI , XII MIPA-2, SMAN 23 JAKARTA. TP 2022/2023

Описание к видео "LESUNG JUMENGGLUNG"UPRAK SENI BUDAYA, TARI KREASI , XII MIPA-2, SMAN 23 JAKARTA. TP 2022/2023

UJIAN PRAKTIK SENI BUDAYA, XII MIPA-2, SMAN 23 JAKARTA. BAGIAN DARI KECINTAAN TERHADAP RAGAM BUDAYA, PEMERSATU BANGSA. ANGGOTA PENARI :
1. Mauritz Gerard/20
2. Nadifa Zahra/27
3. Nasywa Putri/29
4. Putri Zasintha/31
5. Ramadhan/35
-------------------------------------------------------------------------------------------------

SEKILAS TENTANG

KI NARTO SABDO

GENDHING/LAGU "LESUNG JUMENGGLUNG" MASUK DALAM DERETAN GENDHING JAWA KLASIK YANG HINGGA KINI MASIH BANYAK PENGGEMARNYA.... ASYIK, ENAK DAN NIKMAT (NYAMPLENG/MAKNYUSSS... !!!) UNTUK DIDENGARKAN...(gunakan speaker aktif/head set).

KI NARTO SABDO (PENCIPTA GENDHING/LAGU LESUNG JUMENGGLUNG)

1.Tembang-tembang yang cukup monumental di antaranya Lesung Jumengglung, Kembang Glepang, Jago Kluruk, Caping, dan Aja Dipleroki dll...
2. Ki Narto Sabdo
Lahir di Klaten, 25 Agustus 1925 meninggal di Semarang, 7 Oktober 1985 pada umur 60 tahun) adalah seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia. Salah satu dalang ternama almahum Ki Manteb Soedharsono mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dan belum tergantikan sampai saat ini.

Nama asli Ki Nartosabdo adalah Soenarto. Merupakan putra seorang perajin sarung keris bernama Partinoyo. Kehidupan masa kecilnya yang serba kekurangan membuat Soenarto putus sekolah dalam pendidikan formalnya, yaitu Standaard School Muhammadiyah atau SD 5 tahun.
Kehidupan ekonomi yang serba sulit membuat Soenarto bekerja membantu pendapatan keluarga melalui bakat seni yang ia miliki. Antara lain ia pernah menjadi seorang pelukis, juga sebagai pemain biola dalam orkes keroncong Sinar Purnama.
Pada tahun 1945 Soenarto berkenalan dengan pendiri grup Wayang Orang Ngesti Pandowo, yaitu Ki Sastrosabdo. Sejak itu ia mulai mengenal dunia pedalangan di mana Ki Sastrosabdo sebagai gurunya. Bahkan karena jasa-jasanya membuat banyak kreasi baru bagi grup tersebut, Soenarto memperoleh gelar tambahan "Sabdo" di belakang nama aslinya. Gelar itu diterimanya pada tahun 1948, sehingga sejak saat itu namanya berubah menjadi Nartosabdo.

Meskipun berasal dari Jawa Tengah, namun Ki Nartosabdo muncul pertama kali sebagai dalang justru di Jakarta, tepatnya di Gedung PTIK yang disiarkan secara langsung oleh RRI pada tanggal 28 April 1958. Lakon yang ia tempilkan saat itu adalah Kresna Duta. Pengalaman pertama mendalang tersebut sempat membuat Ki Narto panik di atas pentas karena pada saat itu pekerjaannya yang sesungguhnya ialah pengendhang grup Ngesti Pandowo
Ki Narto sejak remaja sudah menggemari para dalang ternama, seperti Ki Ngabehi Wignyosoetarno dari Sala dan Ki Poedjosoemarto dari Klaten. Ia juga tekun membaca berbagai buku tua. Kepala Studio RRI waktu itu, Sukiman menawari Ki Narto untuk mendalang, sehingga jadilah pertunjukan di PTIK tersebut.
Selain sebagai dalang ternama, Ki Narto juga
dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang sangat produktif. Melalui grup karawitan bernama Condong Raos yang ia dirikan, lahir sekitar 319 buah judul lagu (lelagon) atau gending, antara lain Caping Gunung, Gambang Suling, Ibu Pertiwi, Klinci Ucul, Prau Layar, Ngundhuh Layangan, Aja Diplèroki, dan Rujak Jeruk.

Lagu-lagu keroncong dan langgam ciptaannya antara lain:
-Swara Suling, Ibu Pertiwi, Cluntang Binangun, Glopa-glape, Turi-turi Putih, Lumbung Desa, Lesung Jumengglung, Saputanganmu, Ayo Praon, Aja Lamis, dan Tahu-tahu Tempe. dll.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке