Kerja Sengsara dan Bahaya tapi Dianjurkan Pemerintah
Tahan Nafas 1 Menit selama Menyelam 6-8 Meter
Reporter: David Yohanes | yul
SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG
Nafas Choiron (36) terengah-tengah keluar dari kedalaman air Sungai Brantas Desa/Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung.
Warga Desa Banjarsari, Kecamatan Ngantru ini kemudian mengangkat tomblok ukuran besar berisi pasir dari dasar sungai, dan membawanya ke bantaran sungai.
Tomblok adalah alat khusus mirip ember yang terbuat dari logam, yang dipakai mengeruk pasir.
Roni, panggilan akrab Choiron, adalah satu dari sedikit para pencari pasir tradisional yang masih tersisa.
Mereka masih bertahan dengan cara legal di tengah serbuan penambangan mekanik.
“Kadang bisa sampai enam orang. Kebetulan hari ini hanya ada tiga orang saja,”ucap Roni, saat ditemui di tempatnya bekerja, bantaran Sungai Brantas Desa Ngantru.
Hari ini Roni bekerja bersama rekannya yang bernama Yanto (43) dan Nawir (43).
Keberadaan para penambang pasir tradisional ini kian habis, karena banyak yang berhenti.
Alasannya pekerjaan ini butuh fisik yang kuat serta kekuatan menahan nafas di dalam air.
“Setidaknya sekali menyelam butuh waktu satu menit, kemudian bawa pasir. Cukup berat, karena melawan arus yang deras dan membawa beban,” terang Roni.
Pekerjaan ini diawali dengan menancapkan galah panjang ke dasar Sungai Brantas.
Titik di mana Roni dan kawan-kawan bekerja ini mempunyai kedalaman 6-8 meter.
Galah panjang ini mempunyai banyak fungsi, seperti menakar kedalaman air, menunjuk titik yang banyak pasirnya, dan alat bantu untuk menyelam.
“Karena arusnya kan sangat deras. Jadi tinggal turun ke dasar dengan memegang galah itu. Kalau tidak pakai galah, bisa terseret arus,” tutur Roni.
Setelah galah terpasang, Roni dan Yanto secara bergantian mulai menyelam sambil membawa tomblok.
Menurut Roni, sesampai di dasar sungai, tomblok dikerukkan ke bagian berpasir dengan berjalan mundur mengikuti arus sungai.
Setelah mendapatkan pasir, mereka tidak lagi khawatir terseret arus karena pasir yang mereka bawa cukup jadi pemberat.
Satu tomblok penuh pasir bisa mencapai berat 50 kilogram.
Setelah keluar dari dalam air, mereka mengatur nafas lebih dulu sebelum memanggil pasir yang mereka dapat ke darat.
Jumlah pasir yang didapat tergantung pada kondisi fisik setiap orang.
“Kalau lagi fit, saya bisa dapat satu rit sendirian. Tapi hari ini karena kurang prima, paling dapat dua per tiga rit,” ungkap Roni.
Satu rit pasir setara volume satu bak truk hasil kerukan Roni dan kawan-kawan dihargai Rp 500.000.
Karena yang didapat hanya dua per tiga bagian, mereka mendapatkan uang Rp 240.000.
Uang itu dibagi dua Roni dan Yanto, sementara Nawir memilih untuk menjual sendiri pasirnya.
Roni mengaku mulai menjadi penambang pasir tradisional sejak tahun 2000.
Ayah dua anak ini mengaku persiapan khusus untuk menyelam ke dasar Sungai Brantas.
Karena itu minuman penghangat seperti susu jahe, makanan dan rokok menjadi bekal keseharian.
“Airnya sangat dingin karena dalam. Biasanya keluar dari air makan dulu biar hangat,” ujar Roni sambil mengisap rokok di tangannya.
Soal pembeli, Roni dan kawan-kawan tidak pernah khawatir.
Sebab kualitas pasir mereka dianggap bagus, dengan gradasi ukuran kerikil hingga yang paling halus.
Kualitas gradasi pasir ini dikenal hemat semen.
Satu-satunya yang mereka waspadai adalah luapan Sungai Brantas.
Jika tidak diantisipasi, dalam waktu sekejap luapan Brantas bisa menghanyutkan pasir yang mereka dapat.
Jika hal itu terjadi, maka kerja keras mereka mengeruk pasir dari kedalaman Sungai Brantas menjadi sia-sia.
“Makanya kalau misalnya sudah terkumpul langsung telepon pemilik truk. Mereka langsung bayar,” tandas Roni.
Penambangan pasir dengan cara manual seperti Roni dan kawan-kawan adalah yang dianjurkan Pemprov Jatim.
Sebab cara ini dianggap lebih ramah lingkungan, karena jumlah yang diambil sangat terkendali.
Namun cara ini mulai ditinggalkan, karena dinilai kurang ekonomis dibanding penambangan mekanik.
#ngantru #tulungagung #ngunut #rejotangan #sungaibrantas #brantas #pasirbrantas #pasir
Информация по комментариям в разработке