Pura Bukit Sinunggal yang terletak di Desa Tajun Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng merupakan salah satu Pura Dang Kahyangan yang ada di Bali Utara. Di Pura ini biasanya muncul sinyal jika ada bencana.
Di tengah perjalanan, di bawah rerimbunan pepohonan ada Palinggih Lebuh. Fungsinya adalah sebagai penghayatan ke Bhatara Segara. Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 menit, akan sampai di areal utama mandala Pura Bukit Sinunggal.
Suasana di mandala utama begitu tenang dengan beberapa pohon besar di areal pura seluas 20 are dengan pelataran pura meski sudah dipaving, namun tetap ditumbuhi lumut yang menghijau, semakin menguatkan kesan sakral dan memancarkan vibrasi kesucian. Bagi yang suka bermeditasi, tempat ini sangatlah cocok untuk menenangkan pikiran.
Jero Mangku Made Kerta menjelaskan bahwa Pelinggih utama Pura Bukit Sinunggal yaitu Meru Tumpang Pitu yang dikelilingi tembok penyengker sebagai stana dari Ida Ratu Pucak Sinunggal yang bergelar Ida Ratu Manik Astagina, sekaligus merupakan penguasa delapan penjuru mata angin. Di Meru ini terdapat juga patung Batara Ganesha dan dan Palinggih Ida Sang Hyang Pasupati.
Sedangkan di sebelah Barat Meru terdapat pelinggih Pasimpangan Ratu Ayu Melanting (Pulaki) yang arealnya disengker jadi satu dengan pohon beringin berusia ratusan tahun.
Di sebelahnya terdapat Pasimpangan Palinggih Ratu Gede Dalem Peed (Ratu Bagus Mecaling) yang berstana di Nusa Penida dan Palinggih Ratu Ngurah Tangkeb Langit atau Ratu Wayan Tebeng.
“Keberadaan pasimpangan Ratu Ayu Melanting yang berstana di Pulaki dan Ratu Gede Bagus Mecaling (Nusa Penida) merupakan wujud bhakti dari umat, yang kemungkinan belum bisa nangkil ke wilayah Pulaki dan ke Nusa Penida, cukup bisa nangkil ke Pura Bukit Sinunggal saja,” katanya.
Di sebelah Timur terdapat jejeran tujuh pelinggih yang merupakan penghayatan Sapta Dewata, terdiri atas Ratu Hyang Geni Jaya, Ratu Hyang Putra Jaya, Ratu Dewi Danuh, Ratu Hyang Tumuwuh, Ratu Hyang Tugu, Ratu Hyang Manik Gayang, Ratu Hyang Gumawang yang masing-masing berasal dari Ratu Lempuyang, Besakih, Danu Batur, Andakasa, Batukaru, Manik Gumawang dan Ratu Puncak Mangu.
“Saking kompletnya, Pura Bukit Sinunggal ini sering disebut sebagai Besakihnya Buleleng, karena di masa lalu belum ada kendaraan bermotor, jadi pemedek dari Buleleng yang ingin nangkil ke Pura Besakih cukup hanya bersembahyang di Pura Bukit Sinunggal saja. Karena semua palinggih yang ada di Besakih terdapat pula di pura ini,” beber Mangku Made Kerta.
Selain pelinggih-pelinggih tersebut, ada beberapa bangunan yang terdapat di Pura Bukit Sinunggal. Seperti gedong penyimpenan, bale gong, pesamuan dan bale dana punia
Pujawali di Pura ini menggunakan perhitungan sasih, yang bertepatan dengan Rahina Purnama Kapat atau yang biasa dikenal dengan Bhatara Turun Kabeh. Krama Pangempon pura ini berasal dari 11 desa, yang ada di kecamatan Kubutambahan. Di antaranya Desa Tajun, Tunjung, Depa, Bayad, Sembiran, Pacung, Bangkah, Tamblang, Tangkid, Mangening, dan Kelampuak, yang secara bergiliran ngaturang pengnyar bila Pujawali tiba.
“Jika sudah pujawali, biasanya nyejer hingga tujuh hari lamanya. Ini dimanfaatkan oleh umat yang ada di Bali maupun di luar Bali untuk nangkil ke Pura Bukit Sinunggal,” katanya.
Namun masyarakat yang ingin nangkil di hari-hari seperti Purnama-Tilem, Kajeng Kliwon, hari Raya Saraswati, Siwaratri dan rerahinan lainnya tetap akan dilayani. Sebab pemangku di Pura Bukit Sinunggal berjumlah sebanyak 8 orang yang secara bergiliran melayani pamedek.
Pura Bukit Sinunggal merupakan salah satu pura yang sangat sakral. Menurut penuturan mangku pura, bila akan terjadi bencana besar dari meru akan memancar sinar merah terang dan beberapa kali telah terbukti. Di sisi lain, pemedek yang berniat untuk membayar kaul berupa suku pat atau babi guling diharapkan untuk tidak menghaturkannya di areal pelataran pelinggih utama yakni meru tumpang pitu sebagai sthana Ida Ratu Pucak Sinunggal yang bergelar Ida Ratu Manik Astagina, Dewa Ganapati dan Pelinggih Ida Hyang Pasupati. Sebab menurut penuturan Jero Mangku Made Kerta dulu sempat terjadi peristiwa yang sangat mistis dan di luar nalar.
Menurut penuturan beberapa pemangku, bahwa Pura ini juga banyak dikunjungi oleh pejabat-pejabat yang ingin melanggengkan kekuasaannya, seperti calon Gubernur, Calon Bupati serta masyarakat yang ingin memohon anugrah rejeki, jodoh dan jabatan. Sehingga bila musim Pilkada, lanjut Mangku Made Kerta sering calon kandidat Bupati atau gubernur mekemit disini.
Mengingat sakralnya Pura Bukit Sinunggal tersebut, para pengunjung yang berasal dari kalangan wisatawan sangatlah dibatasi untuk berkunjung ke Pura Bukit Sinunggal ini, selain tujuan bersembahyang.
Sumber: https://baliexpress.jawapos.com/balin...
Maps : https://www.google.com/maps/search/pu...
Информация по комментариям в разработке