Скачать или смотреть kontroversi kopi terhadap agama & politik

sumber kontroversi terbesar.
1. Larangan di Mekkah (1511)
Isu: Gubernur Mekkah, Khair Beg, melarang kopi setelah melihat jamaah meminumnya di masjid. Ia dan beberapa ulama khawatir kopi memiliki efek memabukkan seperti anggur dan memicu perkumpulan (kedai kopi) yang dianggap subversif.
Alasan Politik: Kekhawatiran utama adalah bahwa kedai kopi menjadi tempat bagi masyarakat untuk berkumpul, berdiskusi, dan mengkritik pemerintahan, yang dianggap mengancam stabilitas politik.
Pencabutan: Larangan tersebut dicabut oleh Sultan Ottoman Selim I pada tahun 1524 setelah Imam Besar menyatakan kopi itu halal.
2. "Minuman Setan" di Eropa (Abad ke-17)
Ketika kopi masuk ke Eropa melalui pedagang Venesia, muncul tentangan keras dari Gereja Katolik Roma.
Isu: Para pemuka agama menyebut minuman pahit dan hitam dari "orang-orang kafir" (Muslim) ini sebagai "Minuman Setan" dan menuntut Paus melarangnya.
Restu Paus Klemens VIII: Sebelum mengeluarkan fatwa, Paus Klemens VIII (berkuasa 1592-1605) memutuskan untuk mencicipi kopi. Ia terkesan dan konon berkata, "Minuman setan ini begitu nikmat, kita harus mengakali setan dengan membaptiskannya." Restu Paus ini membuka jalan bagi penerimaan kopi di seluruh Eropa.
3. Ancaman Politik di Inggris dan Turki
Kedai kopi, di mana orang bisa membeli secangkir kopi seharga satu penny (penny university), menjadi pusat intelektual dan politik.
Di London: Raja Charles II pada tahun 1675 pernah mengeluarkan proklamasi untuk menutup semua kedai kopi karena dianggap sebagai "tempat berkumpulnya orang-orang jahat" yang menyebarkan gosip dan kritik terhadap Raja. Protes publik memaksa Raja mencabut larangan tersebut.
Di Kekaisaran Ottoman: Sultan Murad IV (abad ke-17) memberlakukan larangan keras, mengancam pelanggar kopi dengan hukuman cambuk, dan bahkan dimasukkan ke dalam karung kulit dan dilemparkan ke Selat Bosporus jika mengulangi pelanggaran.

---

1. The Major Source of Controversy: The Ban in Mecca (1511)

Issue: The Governor of Mecca, Khair Beg, banned coffee after seeing pilgrims drinking it in mosques. He and several scholars feared that coffee had an intoxicating effect similar to wine and that coffeehouses encouraged gatherings considered subversive.

Political Reason: The main concern was that coffeehouses became places where people gathered, discussed issues, and criticized the government—activities viewed as threats to political stability.

Revocation: The ban was lifted by the Ottoman Sultan Selim I in 1524 after the Grand Imam declared coffee to be permissible (halal).


---

2. “The Devil’s Drink” in Europe (17th Century)

When coffee arrived in Europe through Venetian traders, it faced strong opposition from the Roman Catholic Church.

Issue: Religious leaders referred to this bitter, black drink from “infidels” (Muslims) as “The Devil’s Drink” and demanded that the Pope prohibit it.

Pope Clement VIII’s Approval: Before issuing any prohibition, Pope Clement VIII (reigned 1592–1605) decided to taste the coffee. Impressed, he reportedly said, “This devil’s drink is so delicious, we should cheat the devil by baptizing it.”
His approval paved the way for coffee’s acceptance throughout Europe.


---

3. A Political Threat in England and the Ottoman Empire

Coffeehouses—where one could buy a cup for a penny (hence penny university)—became centers of intellectual and political conversation.

In London:
King Charles II in 1675 issued a proclamation to close all coffeehouses, calling them “places where idle and malicious people gather” to spread gossip and criticism of the Crown. Public protests forced him to revoke the ban.

In the Ottoman Empire:
Sultan Murad IV (17th century) imposed a strict prohibition, punishing violators with whipping, and repeat offenders could be sewn into leather sacks and thrown into the Bosphorus Strait.

#coffee #education #shorts #indonesia