Ritual Nyale dan Atraksi Pasola Wanukaka, Sumba Barat // Sebuah Film Dokumenter

Описание к видео Ritual Nyale dan Atraksi Pasola Wanukaka, Sumba Barat // Sebuah Film Dokumenter

Ritual #Nyale dan Antraksi #Pasola Wanokaka, #SumbaBarat

Bukan hanya alam yang indah, Pulau Sumba memiliki ragam budaya dan tradisi kearifan local. Salah satunya adalah Tradisi Nyale dan Pasola. Tradisi ini merupakan salah satu kearifan lokal di Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Tradisi tersebut mempunyai potensi wisata dan dianggap oleh masyarakat setempat memiliki nilai-nilai luhur dan terpelihara sehingga menjadi salah satu daya Tarik tersendiri.
Tradisi Nyale dan Pasola pertama kali dilakukan di kampung bokubani-kodi sebagai ungkapan syukur atas panen. Kemudian tradisi ini diadakan juga di tempat lain seperti Lamboya, Wanukaka, dan Gaura. Tradisi Nyale dan pasola wanukaka berawal dari sebuah legenda cinta segitiga, sebuah penyelesaian masalah adat kawin antara pria orang kodi dan wanita yang sudah bersuami dari wanukaka. Tradisi Nyale dan Pasola inilah yang merupakan simbol penyelesaian konflik adat secara damai di antara mereka.

Pelaksanaan pasola ini dilakukan secara bergiliran, yaitu antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya. Ritual pasola diselenggarakan berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan terang serta penglihatan tanda-tanda alam. Satu bulan sebelum pasola seluruh warga harus mematuhi sejumlah pantangan dan larangan.

Tradisi Nyale dan pasola. Keduanya merupakan simbol keharmonisan alam, rezeki, kesejahteraan, dan keselamatan. Nyale sebagai nyawanya pasola. Nyale merupakan sejenis cacing laut yang menjadi symbol berkat dan kesuburan. Sedangkan pasola merupakan tradisi perang adat dimana dua kelompok penunggang kuda saling berhadapan, kejar-mengejar seraya melempar lembing kayu kearah lawan. Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut kepercayaan asli Marapu.

Ritual nyale dan pasola melewati beberapa tahapan ritual. Ritual Purung Laru Loda, berarti menurunkan tali larangan. Ini pertanda dimulainya Wulla Biha atau bulan pamali dengan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh seluruh warga masyarakat. Dasar perhitungan ini adalah bentuk bulan, yang didukung oleh munculnya tanda-tanda alam seperti pasang surut air laut dan lain sebagainya. Terkait dengan munculnya nyale sebagai indikator hasil panen yang hanya terjadi setahun sekali, maka penentuan waktu menjadi sangat vital.

Kemudian adapun permainan tinju tradisional (Pakujil) diselenggarakan di pantai Teitena. Ritual-ritual terus bersambung hingga atraksi puncak sekitar pukul 3 dini hari dengan penabuhan tambur suci sebagai tanda pasola telah menjelang dan ketupat adat sudah boleh dimakan (nganang katupat).
Para Rato melakukan perjalan menuju pantai wanukaka utnk Ritual Madidi Nyale. Secara harafiah Ritual ini berarti memanggil nyale…… (bunyi doa memanggil nyale) Ritual dimulai sesaat sebelum fajar Para warga dan wisatawan juga ikut berburu nyale. Sebelum ritual penangkapan nyale pertama harus menunggu dulu dari semua rato. Selanjutnya rato memanggil dengan sebutan Wuu wu. Kata wuuuu berarti memanggil rekan rato juga sekalian nyale.

Para Rato akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari. Ketika nyale pertama didapat oleh Rato, para Rato akan melihat dan memprediksi nasib mereka dari bentuk serta warnanya. Apabila Nyale tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun tersebut penuh berkat dan kelimpahan. Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, akan aka nada nasib buruk dan malapetaka. Nyale tidak muncul berarti kemarau panjang (bisa menyebabkan musibah kelaparan). Setelah itu, penangkapan Nyale baru boleh dilakukan oleh masyarakat.

Atraksi Pasola diselenggarakan secara berurutan di dua tempat berbeda. Yang pertama di pantai Wanokaka setelah Madidi Nyale. Yang kedua di arena utama Kamaradena. Atraksi Pasola merupakan pertarungan antara dua kubu, dan sebagaimana layaknya pertarungan, pesertanya tidak dibatasi. Masing-masing kubu menggunakan taktik tersendiri dan berusaha keras menjatuhkan pihak lawan. Seringkali ada yang terluka bahkan ada juga yang meninggal, tapi sportivitas tetap dijunjung tinggi. Ada aturan tak tertulis bahwa dendam tak boleh dibawa keluar arena, membalas boleh saja tapi tunggu pasola berikutnya. Darah yang tumpah juga dianggap sebagai pertanda positif bahwa panen akan berlimpah.

Pasola bukan hanya sekadar keramaian semata. Hakikat dasarnya bahwa ritual nyale dan pasola bersifat kultus religius, suatu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada roh-roh leluhur. Kedua, merujuk legendanya, pasola merupakan suatu bentuk penyelesaian krisis suku melalui jalan damai. Juga sebagai perekat jalinan persaudaraan. Pasola juga menjadi sarana perjumpaan dan tempat menjalin persahabatan dan persaudaraan. Sebagai sebuah tonggak kemajuan pariwisata di sumba, Semoga Pasola selalu mengedepankan fitrah aslinya.

Terima Kasih !!!

FB: Rubo Allwyn Wawyn
Ig: @Wawynallwyn

Комментарии

Информация по комментариям в разработке