Falintil tewaskan Pasmar 8, Yon 328, yon 315 dan kesatuan lain ABRI di Gunung Matebian

Описание к видео Falintil tewaskan Pasmar 8, Yon 328, yon 315 dan kesatuan lain ABRI di Gunung Matebian

PASUKAN MARINIR PASMAR TEWAS BANYAK
DALAM PERTEMPURAN GUNUNG MATEBEAN

perang vietnamnya ala indonesia

Gunung Matebean adalah gunung bersejarah di negara Timor Leste juga merupakan gunung tertinggi kedua setelah gunung Ramelau.. Gunung Matebean yang berada di ketinggian 2373 m terletak di antara kecamatan Quelikei dan Baguia.

Tahun 1977 ABRI menggelar operasi militer di Timor Timur untuk merebut Gunung Matebean. Fretilin menjadikan gunung itu sebagai pusat pertahanannya. Kekuatan mereka cukup besar dan posisi tembak Fretilin pun lebih menguntungkan.

Resimen Team Pertempuran (RTP) 18 mengirimkan unsur tempur dari Kostrad, Marinir, dan Kopasgat. Tak ketinggalan bantuan tembakan udara dari pesawat-pesawat tempur OV-10 dan T-33 milik TNI-AU.

Mengenai kisah Kopasgat dalam pertempuran ini tertuang dalam buku Kisah Sejati Prajurit Paskhas.

Kiprah pasukan Marinir dalam pertempuran Gunung Matebean dikisahkan dalam buku biografi Pak Djoko Pramono yang berjudul "Di Dada Seorang Prajurit Marinir". Pada tahun 1977, Mayor Djoko Pramono ditugaskan sebagai Pasi-2/Operasi di Pasukan Marinir /Pasmar-8, yang merupakan suatu batalyon infantri yang diperkuat oleh kompi Artileri Medan, Kavaleri dan Taifib dengan total 1000 orang personel.

Fretilin telah mempersiapkan Matebean sebagai wilayah pemunduran, dengan persediaan makanan. Ketika kampanye ini dimulai, Fretilin membawa orang-orang ke gunung, yang dipertahankan dengan kuat.

Dalam suatu gerakan oleh salah satu kompi Pasmar-8, Kompi Warouw di posisi bernama Uetebutei, menghadapi suatu pasukan Fretilin dalam jumlah yang cukup besar. Ketika hari menjelang pagi dan cahaya mulai terang, disadari jarak dengan musuh sudah sedemikian dekat. Warouw tidak menyangka bahwa di Uetebutei ada Fretilin yang menghadang dan bahkan sudah menyiapkan killing ground. Terjadi pertempuran yang tidak seimbang, dan 19 orang pasukan Marinir gugur dalam pertempuran yang sangat brutal. Mayor Djoko Pramono memerintahkan sisa pasukan untuk mundur ke Osohuna.

Secara umum kondisi pertempuran tidak menguntungkan bagi Pasmar-8, dan Fretilin mulai melakukan serangan balik yang makin hari makin gencar walaupun bantuan tembakan roket Pasmar terus dikerahkan. Kondisi medan berupa celah berdinding batu yang terjal dan memiliki gua2 membuat pertahanan yang sulit ditembus.

✅Letkol Mar Baroto Sardadi mengambil alih

Di tengah proses konsolidasi kekuatan, tim dari Mabesal datang ke lokasi markas di Uato Carabao, dipimpin Brigjen Mar Kahpi Suriadiredja. Komandan Pasmar-8, Wadan dan seluruh staf hadir. Mayor Mar Djoko Pramono memberikan presentasi jalannya pertempuran.
Berdasarkan evaluasi tersebut, pimpinan Korps Marinir menunjuk Letkol Marinir Baroto Sardadi menggantikan Komandan Pasmar-8 yg lama. Meskipun Pak Baroto berlatar belakang prajurit Marinir kavaleri, beliau pernah menjabat sebagai komandan batalyon infantri Marinir. Jadi dapat dipastikan kualifikasinya cukup meyakinkan dan juga bernyali tinggi.

Menurut penuturan putra beliau, Mas Dono E R, Pak Baroto waktu itu baru selesai pendidikan di Command and Staff College di Quantico, dan sudah mempersiapkan fisik ekstra untuk mengantisipasi penugasan ke Timor Timur.

Di bawah kepemimpinan Komandan yang baru, terjadi kemajuan pesat. Dalam satu bulan, nama Pasmar-8 yg semula dinilai miring kembali berkibar. Selanjutnya berhasil menguasai Laga dan Quilikei, dan juga berhasil membawa turun satu kompi Fretilin sebanyak 142 orang dengan 73 pucuk senapan, beberapa diantaranya adalah rampasan dari Pasmar-8.

Wilayah Matebian Complex ini pada akhirnya jatuh pada tanggal 22 November 1978. Salah satu pendukung kemenangan adalah pemboman udara dengan menggunakan pesawat OV-10 Bronco (saat itu A-4 Skyhawk dan F-5 Tiger belum tiba)
Pada pertengahan November pemboman itu memaksa para pemimpin Fretilin menyerukan penduduk sipil untuk menyerahkan diri kepada musuh.

Dalam buku otobiografinya, Xanana Gusmao menulis:
"Musuh bergerak maju dan saya dikirim ke barat Matebian. Ledakan, kematian, bombardir, tangisan, dan teriakan mundur. Namun orang-orang tenang, mungkin pasrah,
mungkin kami semua benar-benar siap untuk mati di sana. Pasukan kami mundur dan musuh merangsek maju. Satu dini hari, saya terbangun karena pengeras suara Pasukan
Indonesia, yang menyerukan nama saya: “Adjunto Xanana, tidak perlu meneruskan pertempuran. Perintahkan orang-orang untuk menyerah!” Mereka masuk dari Uatucarbau sepanjang malam dan menguasai titik strategis."

Walaupun beberapa komandan Fretilin seperti Xanana Gusmao berhasil lolos, hal ini
memporakporandakan perlawanan Fretilin di wilayah tersebut.

Disarikan dari buku biografi Bapak Djoko Pramono dan beberapa sumber.

Penulis
Jani Sari Library

Комментарии

Информация по комментариям в разработке