Pembukaan Pameran "Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta"

Описание к видео Pembukaan Pameran "Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta"

Dengan mengambil momentum ulang tahun penobatan atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Bawono Ka. 10 berdasarkan Tahun Masehi, Keraton Yogyakarta akan kembali menggelar pameran awal tahun bertajuk “Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta”. Pameran ini menjadi sajian dari pelbagai upacara adat yang digelar di Keraton Yogyakarta, terutama yang berkaitan dengan fase daur hidup dari Manusia Jawa. Di sisi lain, pameran ini menjadi potret dari ruang informasi bagi pengunjung dalam membaca dan menafsirkan pelestarian budaya yang dikontekstualisasikan dengan potret hari ini.
​Bertempat di Kagungan Dalem Kedhaton Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Pameran awal tahun bertajuk “Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta” akan diselenggarakan pada 9 Maret – 25 Agustus 2024 pukul 08.30-14.30.
​Dalam rangka Pembukaan Pameran Awal Tahun bertajuk “Abhimantrana, Upacara Adat Keraton Yogyakarta”, pada hari ini Jumat, 8 Maret 2024, KHP Nitya Budaya mempersembahkan Beksan Trunajaya.

Sinopsis Beksan Trunajaya :
Beksan Trunajaya merupakan sebuah mahakarya seni tari ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755- 1792). Karya ini terinspirasi dari perlombaan watangan, yakni latihan ketangkasan berkuda dan memainkan tombak yang biasa dilakukan oleh Abdi Dalem Prajurit pada masa lalu. Perlombaan ini dilakukan tiap hari Sabtu atau sering disebut Seton, menggunakan lawung sebagai senjata untuk menjatuhkan lawan dan diadakan di Alun-alun Utara dengan menggunakan Gamelan Kanjeng Kiai Guntur Laut dan Gendhing Monggang.
Beksan Trunajaya dahulu dilakukan oleh Bregada Nyutro, bregada terpanjang yang ada di Keraton Yogyakarta. Bregada tersebut dibagi menjadi beberapa seksi, yakni Tambak Boyo, Waning Boyo, Waning Pati, Sumoatmojo dan Trunajaya. Masing-masing seksi tersebut memiliki dan menggunakan senjata yang berbeda- beda. Secara khusus, permainan watangan dimainkan dengan seksi prajurit paling akhir, yakni Trunajaya yang menggunakan senjata lawung.
Gerakan-gerakan Beksan Trunajaya mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan. Gamelan (gongso) yang digunakan dalam Beksan Trunajaya adalah Kanjeng Kiai Guntur Sari.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке