KISAH RUMAH TERTUA DI PONTIANAK: PENEDUH TUJUH GENERASI

Описание к видео KISAH RUMAH TERTUA DI PONTIANAK: PENEDUH TUJUH GENERASI

Muhamad Naufal tengah bersantai di ruang tamu rumahnya, saat Cerita Cio menyambanginya. Di Kampung Kamboja, pinggir Sungai Kapuas. Tepat di depan muka kami, jalan beton baru saja berdiri. Permukaan jalan itu lebih tinggi sekira satu meter dibanding lantai rumahnya. Jalan beton baru bagian dari proyek Waterfront City tersebut kontras dengan rumahnya yang masih berbahan kayu. Rumah Naufal juga mencolok dibanding rumahdi tepi Kapuas lainnya. Rata-rata rumah di sana sudah berdinding semen.
Namun rumah ini adalah saksi bisu sejarah perdagangan di tepian Sungai Kapuas pada masa lalu. “Rumah ini dibangun oleh moyang saya pada tahun 1820. Surat sertifikatnya masih ada, berbahasa Belanda. Dulu rumah ini tergolong mewah, karena bahannya kayu belian terbaik semua. Juga pintu-jendela penuh ornamen dan ukiran,” ujar dia. Naufal juga menunjukan surat wasiat bertulisan Arab-Melayu dengan angka tahun 1888, saat kematian Saleh.
Naufal adalah generasi ke enam dari Muhammad Saleh, pendiri rumah tersebut. “Aanak saya generasi ke tujuh. Artinya rumah ini sudah melindungi tujuh generasi,” imbuhnya. Muhammad Saleh adalah perantauan dari Malaka. Dia seorang ulama sekaligus saudagar antarpulau yang membawa barang-barang dari Selat Malaka dan Pulau Sumatera ke Pontianak, serta sebaliknya. Kampung Kamboja sejak dulu merupakan daerah padat penduduk, yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara.
Rumah Muhammad Saleh dibangun tidak asal-asalan. Kayu beliannya besar-besar. Rumah bergaya panggung ini memiliki tiang penopang dari dasar tanah hingga lantai hingga empat meter (walaupun sekarang tinggal dua meter). Dulu ada dermaga kecil di depan rumah. Ukuran tanahnya sekira 15x40 meter. Namun sekarang panjangnya hilang hampir separuh akibat abrasi. Sedangkan ukuran rumahnya 10x20 meter.
Sebagaimana ciri khas Melayu, rumah ini memiliki jendela dan pintu besar. Sebagai orang kaya, Saleh mendatangkan para tukang dari Banjarmasin yang dulu terkenal dengan keterampilannya membuat rumah. Adapun beberapa bagian rumah, seperti jendela diimpor dari Malaka. “Makanya kalau dilihat, motif ornamen di jendela ini khas Melayu Malaka,” ucapnya. Menurut Naufal, hampir seluruh bagian rumah masih asli. Dia hanya menambah bangunan berbahan beton di sambungan dapur. Selain itu atap sirap (potongan belian) juga sudah berganti bahan seng.
Lantas apa yang membuat Naufal mempertahankan bangunan tua ini? Sementara rumah-rumah di sekelilingnya sudah bergaya modern. “Saya ingin menjaga sejarah dan kenangan rumah ini. Seperti juga ayah dan kakek saya menjaganya. Walaupun kondisinya tidak sebagus dulu karena dimakan usia. Kalau mau direhab juga agak sulit. Karena harus bongkar habis hingga tiang-tiang pondasinya,” jelas dia.
Sejatinya rumah ini sudah layak untuk direvitalisasi. Menurutnya, mantan Wali Kota Pontianak Sutarmidji sudah pernah meninjau rumahnya. Begitu juga beberapa anggota DPRD. Namun hingga kini tidak ada kelanjutan dari kunjungan tersebut. Bahkan ada rumah segenerasi dengan rumahnya di Gang Tiga, tak jauh dari Gang Kamboja yang baru saja dibongkar. Kayu-kayunya dijual ke Jogjakarta dengan harga hanya sekira seratusan juta rupiah.
Pemerhati pariwisata Pontianak, Aristono Edi Kiswantoro dari Jewita Kalbar mengatakan sejatinya rumah-rumah tua di pinggiran Sungai Kapuas berpotensi untuk menjadi objek wisata. Kampung Kamboja dan kawasan tepi Kapuas lainnya sangat kuat karakternya untuk disebut wilayah permukiman yang “terapung” karena wilayahnya berdiri di bantaran sungai dengan kondisi pasang surut yang terjadi setiap saat.
Menurutnya perkampungan ini sama tuanya dengan kesultanan Pontianak. Kampung Kamboja tumbuh akibat aktivitas perekonomian yang tumbuh di sekitar jalan Tanjungpura dan pelabuhan Seng Hie yang merupakan cikal bakal perkembangan perekonomian di Kota Pontianak. Selain itu, di kawasan ini sendiri aktivitas dan budaya khas masyarakat Melayu Pontianak masih kental. Even kebudayaan seperti perlombaan meriam karbit, selalu digelar besar-besaran di Kampung Kamboja. Kampung Kamboja juga menjadi tempat tereksotis di bantaran Sungai Kapuas lantaran berdampingan dengan gagahnya arsitektur Jembatan Kapuas. Tak heran banyak kafe terapung yang ramai disambangi masyarakat di sini.

#rumahtua #pontianak #sejarah

Комментарии

Информация по комментариям в разработке