Mas Azmi Grogi & Malu, Gagal Dech Kejutan Utk Mbah Ibu😄~~Serba-Serbi Haul Mbah KH. Askandar Ke 55

Описание к видео Mas Azmi Grogi & Malu, Gagal Dech Kejutan Utk Mbah Ibu😄~~Serba-Serbi Haul Mbah KH. Askandar Ke 55

Video kejutan utk Mbah Ibu yg gagal ini bukanlah rekayasa, karena Saya merekam ini juga ketika baru disuruh memanggil Mas Azmi yg ada dikamar Om Aif, Acara ini spontanitas dan jadinya malah terbalik, sutradaranya Bunda Nia, programnya Mbah Ibu dibawa kedalam kamar kemudian Mas Azmi mengiringi dengan lagu Ummi, eh tak taunya Umik Shofi malah membawa hadiahnya keluar keruang tamu😅, akhire Mas Azmi ya nggak bisa mengeluarkan suaranya karena grogi dan malu😀maklum karena enggak sesuai arahan dadakan dari Bunda Nia, akhirnya dibuatlah video tersendiri setelah itu😇.
Acara Haul adalah juga sebagai ajang silaturrahmi keluarga Besar Bani Askandar dan Para Alumni Pondok Pesantren Manba’ul Uluum Mberasan Banyuwangi yang tersebar di seantero Nusantara, baik di Pulau Jawa maupun Luar Jawa
Saya lanjutkan copas cuplikan biografi Mbah KH. Askandar:👉Melihat perkembangan santri yang nyantri yang berjumlah 150 orang, Kiai Askandar berfikiran untuk mengambil santri seniornya yang berriama Aslam sebagai menantu agar bisa membantu mengurus pondok yang didirikannya. Namun, sayang keinginan tersbut tidak dapat terwujud dikarenakan Siti Khodijah meninggal pada pertengahan 1929. Kesedihan KH. Askandar muda semakin bertambah, ketika ketidakmurnian mertuanya dalam mengambil Askandar sebagai menantu. Hal itu terbukti ketika mertuanya ternyata telah menghitung semua biaya mulai dari kelahiran Khodijah sampai acara kelahiran Hasyim Asy’ari sebagai utang yang harus dilunasi oleh Kiai Askandar muda. Akibat secara psikologis yang terganggu Kiai Askandar menulis surat thalaq (cerai) dan meninggalkan keluarganya. Pejalanan Kiai Askandar tanpa arah dan tanpa tujuan. Beliau hanya berjalan luntang-luntung dan akhirnya tiba di pesantren yang diasuh KH. Shiddiq, salah seorang murid Kiai Kholil bin Abdul Latif, Bangkalan. Pada awalnya Askandar hanya berniat tabarrukan kepada KH. Shiddiq tetapi karena seringnya KH. Shiddiq menceritakan sejarah kerika nyantri di bawah asuhan Mbah Kholil Bangkalan. Semangat Kiai Askandar untuk menuntut ilmu kepada Mbah Kholil. Setelah mendapatkan ijin dari KH. Shiddiq, Kiai Askandar pergi ke Bangkalan.Belum sempat Kiai Askandar mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya, seraya membentak, Kiai Kholil memerintahkan agar Askandar memakan buah salak yang telah tersedia di hadapannya. Tanpa berpikir panjang, Askandar langsung memakan buah salak tersebur hingga habis. Setelah habis satu buah, Mbah Kholil menyuruh Askandar memakan satu tangkai buah salak. Setelah setangkai buah salak habis dimakan, Mbah Kholil dengan logat Madura campur Jawa “mengusir” Askandar muda dengan berkata, “Kandar, muliho, mulih! Elmona sengkok, tadeklah ekalak Kiai Kandar! Muliho, mulih! mulih, Muliho Askandar Banyuwangi!” (Kandar, pulanglah, pulang! llmuku sudah habis kau makan. Pulanglah, pulang, pulang! Pulanglah ke Banyuwangi!).Besarnya keyakinan bahwa perkataan Mbah Kholil adalah positif, benar, dan mengandung berkah, Askandar melanjutkan petualangannya ke Banyuwangi. Dalam perjalannya ke Banyuwangi Kiai Askandar singgah di pesantren Kampung Jalen, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. yang diasuh aleh KH. Abdul Basyar untuk tabarukan. Namun, nama Askandar sudah terkenal menjadi orang yang alim dan piawai dalam keilmuan dan akhirnya Askandar diminta untuk mengajar kitab Iqma’. Persinggahan Kiai Askandar mempertemukan jodoh dan menikah dengan Siti Robiah dari Tegal Pare. Berkat itu pulalah Kiai Askandar mendirikan Pesantren yang bernama Mambaul Ulum di Tegal Pare Berasan Banyuwangi pada tahun 1930.
Dalam perkembangannya perkembangan pesantren Mambaul Ulum sangatlah pesat, dibutuhkan lahan untuk membangun pondok-pondok untuk proses belajar mengajar serta tempat tinggal para santri. Untungnya ada seorang dermawan yang mau merelakan tanahnya untuk kemaslahatan pondok yaitu H. Syarkawi, tetapi Kiai Askandar mau menerima dengan sarat akad jual beli. Tanah tersebut digunakan sebagai lahan pertanian pondok yang hasilnya untuk membayar tanah serta sisanya digunakan untuk ibadah haji Kiai Askandar.
Pejuangan Melawan Penjajah
Revolusi Jihad yang dikumandangkan Ulama-ulama Jawa Timur membakar semangat para santri untuk ikut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, tidak ketinggalan K.H. Askandar. Peran K.H. Askandar adalah dengan melatih laskar-laskar jihad sabillah dan Hibullah dari sekitaran Banyuwangi. K.H. Askandar selain dikenal sebagai orang alim juga terkenal sebagai pesilat yang disegani.Perjuangan rakyat banyuwangi tidak lepas dari komando K.H. Askandar dari Mambaul Ulum, KH. Harun, pengasuh Pesantren Darun Najah, dan KH. Abbas, pengasuhPesantren Pecangakan, Genteng. Lantaran eratnya kerja sama antara ketiga ulama Banyuwangi ini, sering disebut sebagai Tri Tunggal Komando Banyuwangi. Dibawah komando Tri Tunggal Komando Banyuwangi perjuangan rakyat Banyuwangi juga terlibat dalam Agresi Belanda II pada 19 Desember 1948.
(Bersambung.)

Комментарии

Информация по комментариям в разработке