WIMBAKARA TAMAN PENASAR DUTA KABUPATEN BADUNG | PKB XLVI 2024

Описание к видео WIMBAKARA TAMAN PENASAR DUTA KABUPATEN BADUNG | PKB XLVI 2024

“SULUH NIKA PRABA”

Kata Suluh Praba dikutip dari kakawin Ramayana, wejangan Sang Rama kepada Sang wibisana. Kalinganing Sastra Suluh Nikang Praba, yang artinya “Arti Dari Tutur-tutur Sastra adalah Lentera Yang Bersinar Terang Yang Menerangi Jiwa”.

Diawali dengan kisah penduduk disebuah Desa pinggiran, Luh Putu dan Luh Made mendapat gilirah menyiapkan dan menata tempat latihan megegitan di Bale Wantilan. Tatkala Luh Putu dan Luh Made sedang asyik menyapu, tiba-tiba datang I wayan suaminya Luh Made marah-marah, karena tidak terima istrinya bergaul dengan Luh Putu tetangga yang sangat dibencinya karena hidupnya lebih mapan. Melampiaskan rasa iri hatinya pada Luh Putu, I wayan dengan paksa mengajak istrinya pulang, sambil mengumpat dengan kata-kata kasar.

Di saat situasi yang keruh itu, dalang Jro Klian Santhi bersama anggota yang lain melerai dan meminta agar duduk bersama-sama menyelesaikan masalah. Untuk meredam kemarahan I Wayan, Jro Klian dan anggota santhi memberikan pengertian dengan menggunakan sentilan-sentilan dari tutur-tutur Kekawin, Palawakia, Sloka, Sekar Rare, Sekar Madia dan tembang-tembang geguritan yang dipilih dan disesuikan dengan alur cerita.
Sehingga akhirnya membuat I Wayan menyadari kesalahan dan mengagumi keindahan tutur dan isi sastra warisan leluhur, yang dapat mewujudkan sumber daya manusia berkualitas unggul. Melalui tutur dan sastra agama, kita bisa bangkit dari kegelapan, sehingga bisa mengacu pada tujuan, yaitu JANA KERTHI PRAMAGUNA WIKRAMA (Martabat Manusia Unggul) Kalinganing Sastra, Suluh Nika Praba.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке