Kerauhan KEBO IWA & GAJAH MADA di Situs Batu Tulis, Gn. Wilis, Besuki, Kediri Jawi.

Описание к видео Kerauhan KEBO IWA & GAJAH MADA di Situs Batu Tulis, Gn. Wilis, Besuki, Kediri Jawi.

"Si Tunjung Biru kalebur tan kaicen mawali ke Bali tating tyg ajak ke swarga" kenten bawos Ki Kebo Iwa tatkala terjadi dialog dengan Ki Gajah Mada. setelah upacara persembahyangan slsai yg diikuti wrg Sri Karang Buncing, Bali moga Jagat Nusantara Gemah Ripah Lohjinawi ratu Bhatara Penyatu Nusantara makakalih, Swaha

INGAT,, yg tdk k nganut dn tdk percaya dgn kerauhan atau tdk pernah kerauhan mohon jgn komen, duduk yg manis, boleh #ngakak selebar-lebarnya ,, ulasan ttg #kerauhan ada di bawah ini ,,

Mungkinkah Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa akan menampakkan diri dlm upacara keagamaan yg ada di atas dunia ini? Objek teologi adalah Tuhan/ Hyang Widhi, berbicara mengenai eksistensi-Nya, esensi-Nya dan aktivitas-Nya. Bagaimana jika seseorang ingin mendapatkan pelajaran kpd suatu Pura atau Dewa jungjungan yg tdk kelihatan kasat mata, tentang lulus, diterima tdk doa dn upakara, Apakah Tuhan akan menampakkan diri dn berkata telah lulus & upakara diterima lalu Tuhan sirna begitu saja?

Melalui konsep Panca Srada, yaitu 1) Hindu, prcya dengan adanya Brahman/ Tuhan, 2) Hindu, prcya dengan adanya Atman, Roh, Jiwa, Spirit. 3) Hindu, percaya dgn adanya Hukum Karma Pala (sebab akibat). 4) Hindu, percaya dgn adanya Punarbawa (kelahiran berulang). 5) Hindu, percaya dgn adanya Moksah (pelepasan). Jangankan mengetahui keberadaan Tuhan/ Sang Pencipta Alam Semesta suatu kemustahilan, mengetahui Roh leluhur sj sulitnya luar biasa.

Metode kedatangan Roh umumnya dipakai u/ menanyakan suatu hal yg berhubungan dgn parahyangan (tempat suci), pawongan (penduduk), palemahan (wilayah desa, kuburan). Sgt beruntung bg org yg dipilih raganya oleh roh leluhur, roh resi, roh dewa, roh bhuta. Kerauhan tdk bs diminta dn tdk bs ditolak, tdk pandang status apapun mereka, baik badan kekar, bertatto, tua muda, laki perempuan, org suci, intelektual, jk Beliau berkehendak siapun bs kerauhan dlm penyampaian pesan dan kesan dari alam lain.

Kerauhan asal kata RAUH, huruf A+U=O, RAUH=ROH, Kerauhan adalah kedatangan Roh. Kerauhan ada 5 (lima) kelompok besar sesuai dengan Panca Yadnya yaitu; 1/ Kerauhan Dewa, 2/ Kerauhan Resi, 3/ Kerauhan Manusa, 4/ Kerauhan Pitra, 5/ Kerauhan Bhuta.

Ada bbrp kriteria u/ menentukan kerauhan apa & siapa mereka yaitu; A/ Dari menyebut diri B/ Dari kesenangan sang roh.C/ Dari bahasa akan diketahui.D/ Dari detik-detik sadar,apa tengkurep ke depan, belakang atau loncat.E/ Dari genetik atau treh yang membangun awal pura atau desa setempat.F/ Dari gerak tingkah laku org kerauhan itu.G/ Kerauhan dewa tdk pernah ngurek keris ke tubuhnya.H/ Dari busana yg dipakai sbg simbol identitas sang rohI/ Ada pertemuan segitiga wajah kawitan, wajah nabe niskala dan Sadeg.J/ Dari wuku kelahiran, siapa nama dewa dan sifat dewanya.K/ Dari latar belakang, dari sakit menjadi sehat, dari miskin menjadi kayaL/ Dari titik awal kerauhan dan proses jati diri dimana akan mengabdi.

Konsep ketuhanan yang dianut oleh masyarakat Bali yaitu Konsep Dewa, Manusa & Bhuta. Diantara Dewa dan Bhuta adalah manusia berada di tengah sebagai mediator antara Dewa dan Bhuta atau Luwan Teben. Konsep ini berasal dari Panca Yadnya yaitu 5 (lima) persembahan suci yang wajib dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali yaitu, Dewa Yadnya, Resi Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya dan Bhuta Yadnya.

Salah satu metode yg dipakai u/ menentukan kerauhan siapa mereka yaitu melalui bahasa yang diucapkan oleh orang yg kerauhan itu. Seorang pendeta wajib mengetahui ke 5 bahasa Panca Yadnya yaitu, Bahasa Dewa adalah Weda, Bahasa Resi adalah Mantra, Bahasa Manusa bahasa lokal setempat, Bahasa Pitra adalah pupuh, kidung, gaguritan bhs Roh para pengiring Pura sekitarnya dan Bahasa Bhuta adalah bahasa sesuai Hewan yg tinggal di wilayah sekitarnya.

Kerauhan akan terjadi apabila Tempat, Upakara, Waktu dan Sadeg (Mediator) harus PAS. apabila kerauhan tdk pd tmp, wkt, upakara dan sadeg (mediator) bisa jadi "utusan" dan atau junjungan dari mediator yg ngomong bkn langsung dari ROH yg bersangkutan.

Kerauhan “dewa utama” dari pura setempat harus terstruktur, tdk mungkin dewa utama kan hadir tnp diikuti oleh pararencang, prakanggo, pengiring lainnya (kerauhan masal). Ibarat Bpk Presiden dgn kendaraan plat RI 1 Indonesia turun ke lapangan tnt dikawal oleh paspampres, prajurit TNI, POLRI dan bawahannya. Kemudian kita semua memberi hormat kpd kendaran Bpk Presiden, sbab kita tdk melihat Bpk Presiden didalamnya tertutup oleh kaca gelap. Jd para dewa tdk akan datang jk tdk dijemput oleh wahana beliau.

Di sini fungsi dr banten umat u/ para bhuta n pengiring2 Bliau, bkn u/ para dewa. Ada yg kerauhan Macan bagian daging dia yg makan, ada yg kerauhan kera bagian buah dia yg makan, ada yg kerauhan burung bagian beras dia yg makan, ada yg kerauhan I Pekak bagian mako dia yg punya, yg kerauhan semal bagian kelapa dia yg punya dll. Identik dgn pelawatan Barong yg berupa, babi, macan, singa, barong ket dan bentuk binatang lainnya. Kemudian umat menghaturkan sembah ke binatang itu? (2/7/22)

Комментарии

Информация по комментариям в разработке