"Lestarikan Hutan Kita" - emwe

Sobat Hijau, lagu tentang alam ciptaan emwe berjudul “Lestarikan Hutan Kita” ini mengajak kita semua untuk membangkitkan semangat menjaga alam Indonesia. Hal itu dapat dilakukan dengan berpikir biosentris dan ekosentrisme serta mengambil peran aktif dan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang serba canggih dan cepat.

Sudut pandang ekosentrisme berarti menempatkan seluruh subjek yang ada di alam semesta (biotis dan abiotis) memiliki nilai yang terikat satu sama lain dalam sebuah ekosistem.

Contohnya keberhasilan Kementerian LHK dalam rehabilitasi ekosistem mangrove sebagai sistem penyangga kehidupan, ketahanan bencana, dan perubahan iklim.

Tahukah Anda? Emisi (pelapasan) karbon ke atmosfer dan emisi gas rumah kaca (GRK) adalah penyumbang dalam perubahan iklim. Emisi gas yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu di bumi secara signifikan.

Oleh karena itu, keberadaan hutan mangrove di Indonesia, sanggup menekan pelepasan karbon hingga mencapai target net emisi di tahun 2030, atau lebih dikenal dengan “Indonesia’s FOLU Net Sink 2030”.

Ketahuilah sobat, bahwa mangrove memiliki fungsi kimia sebagai penyerap dan penyimpan karbon (carbon sinks). Ekosistem mangrove mampu menghilangkan karbon dari atmosfer dan menguncinya di dalam lumpur/tanah hingga ribuan tahun lamanya.

Hutan mangrove per hektar menyimpan karbon empat kali lebih banyak daripada hutan tropis daratan.

Sobat hijau sekarang jadi tau kan kenapa Mangrove menjadi tempat carbon sinks yang sangat besar di bumi? Lestarikan hutan kita, mangrove Indonesia untuk dunia.