TELAGA TERSEMBUNYI DI LERENG GUNUNG RAUNG! Desa ini saksi TERBENTUKNYA BANYUWANGI, Masih Terjaga!!!

Описание к видео TELAGA TERSEMBUNYI DI LERENG GUNUNG RAUNG! Desa ini saksi TERBENTUKNYA BANYUWANGI, Masih Terjaga!!!

18 Desember 1771, peristiwa bersejarah terjadi di Banyuwangi. Pertempuran Puputan Bayu meletus sebagai usaha terakhir Kerajaan Blambangan melawan invasi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Peristiwa ini akhirnya diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Banyuwangi.

Perang puputan ini merupakan perang bersejarah yang paling bermakna sekaligus penting dalam tonggak lahirnya sebuah kabupaten di wilayah ujung paling timur pulau Jawa yaitu Kabupaten Banyuwangi. Peperangan ini merenggut banyak korban antara pihak Belanda dengan pejuang-pejuang Blambangan.

Perang puputan ini merupakan perang bersejarah yang paling bermakna sekaligus penting dalam tonggak lahirnya sebuah kabupaten di wilayah ujung paling timur pulau Jawa yaitu Kabupaten Banyuwangi. Peperangan ini merenggut banyak korban antara pihak Belanda dengan pejuang-pejuang Blambangan.

Kegigihan pejuang Blambangan untuk merebut Blambangan dari tangan penjajah mencapai puncaknya pada 18 Desember 1771 dan terjadilah perang Puputan Bayu sebagai peperangan yang terkejam sepanjang sejarah perang di Indonesia.

Perang Puputan Bayu adalah peperangan yang terjadi di Blambangan wilayah paling ujung timur di Pulau Jawa, yang saat ini bernama Banyuwangi. Perang ini terjadi antara pasukan Belanda VOC dengan pejuang-pejuang Blambangan pada 1771 hingga 1772 di daerah Bayu, yang sekarang daerah ini masuk daerah kecamatan Songgon.

Dilansir dari Indonesia Defense, Pangeran Jagapati memimpin ribuan prajurit Blambangan dengan semangat tinggi, siap mempertahankan tanah air mereka. Perang dipicu oleh ketidaksetujuan VOC terhadap pemerintahan kerajaan Blambangan yang jatuh di bawah pengaruh kerajaan Hindu di Bali.

Menurut catatan dalam buku Ujung Timur Jawa, 1763-1812: Perebutan Hegemoni Blambangan karya Sri Margana, VOC menginginkan Blambangan untuk menjaga keseimbangan kekuasaan di Pulau Jawa.

Sementara itu, kerajaan Hindu di Bali melihat Blambangan sebagai benteng pembendung Islamisasi dari Jawa. Upaya VOC untuk menguasai Blambangan memicu perlawanan sengit dari rakyat setempat.

Pertempuran berkecamuk selama periode 1771-1773, dan VOC mengalami kekalahan dua kali melawan pasukan Pangeran Jagapati. Namun, perlawanan ini tidak membuat VOC menyerah begitu saja. Mereka terus meminta bantuan pasukan, bahkan mengajukan permintaan kepada Gezaghebber, pejabat tertinggi VOC di ujung timur Jawa.

Bantuan datang dari Madura pimpinan Kapten Alap Alap, dan pertempuran kembali terjadi pada Mei 1772. Meskipun VOC mengalami kekalahan, mereka tidak mengendurkan usaha. Permintaan tambahan bantuan 8.000 prajurit dari Makassar dan Malaka tidak dikabulkan, namun VOC tetap melanjutkan perang dengan pasukan terbatas.

Di pihak Banyuwangi, mereka tidak tinggal diam. Tambahan pasukan dari Gusti Ngurah Jembrana di Bali dihadang oleh patroli VOC di sekitar Selat Bali dan Pantai Selatan Jawa. Meskipun demikian, semangat perlawanan tetap berkobar di kalangan rakyat Banyuwangi.

Namun, pada 11 Juni 1772, Pangeran Jagapati tewas dalam pertempuran, meninggalkan pasukan yang terus berjuang. Meski terus melawan, pihak Banyuwangi akhirnya terkurung dan VOC berhasil menguasai wilayah Bayu.

Pertempuran Puputan Bayu sendiri menyisakan lebih dari 60 ribu korban di pihak Blambangan, baik yang tewas, melarikan diri, atau hilang tanpa jejak. Di sisi lain, VOC menghadirkan 10 ribu personel dengan senjata canggih dan mengeluarkan 8 ton emas untuk biaya perang. Meskipun merugi secara finansial, VOC berhasil menguasai Blambangan.

#desabali #puputanbayu #kerajaanbali #rowobayu #desapenari #hindujawa #kampungbali #kampunghindu #perkampunganhindudijawa

Комментарии

Информация по комментариям в разработке