Hello from the other side~😂
(Please, bacanya sambil teriak yah!)
Kalian gimana kabarnya?
Kalo aku, di luar deadline yang menumpuk, kabarku baik-baik aja~
Tapi ada satu hal yang aku lagi sulit untuk hentikan.
MINUM MATCHA LATTE!
🤤🤤🤤
Udah mau masuk bulan kedua, hampir setiap hari aku beli matcha latte.
Dan keinginan aku spesifik banget lagi.
Matcha Latte dari Lawson.
No sugar, less ice.
Aku nulis ini di negara yang gak ada Lawsonnya.
Tapi aku berencana mampir ke coffee shop setelah kelar nulis kolom deskripsi ini.
Tentu aja untuk pesan Iced Matcha Tea Latte. Less ice. No sugar.
———————————————————
Aku mau cerita tentang Ideafest 2023.
Tanggal 29 September kemarin, aku diundang untuk jadi pembicara.
Temanya tentang:
Storytelling Through Food: How Food Connects People.
Selain aku, ada 2 pembicara lainnya.
Chef Degan dan Matthew.
Asli, malam sebelumnya tuh aku gak bisa tidur.
💭: Kok gitu sih, Kak?
👽: Karena…. Siapa lah aku untuk bisa berdiri dan berdiskusi tentang sesuatu di satu panggung yang sama dengan Chef Degan?
🙃🙃🙃
Iya. Aku tau, aku selalu bilang dan ingatin kalian untuk gak memandang rendah diri sendiri.
Aku gak memandang rendah diriku.
Aku tau dan sadar tentang Ria SW adalah “seseorang”.
Tapi di sisi lain, aku juga ngerasa kayak belom cukup jadi “seseorang” untuk bisa satu panggung dengan Chef Degan.
Apakah perasaan dan pikiran aku ini terlalu rumit untuk dicerna?
Kalo terlalu sulit, ya udah, kita kasih ke Dilan aja~
😂🤣😂
————————————————————
IDEAFEST 2023
Acaranya jam 14.20
Dan aku harus udah stand-by di lokasi satu jam sebelumnya.
Sekitar jam 11 siang, sebelum aku ke lokasi acara (JCC), aku melipir ke Senayan City.
Aku berencana nenangin diri dengan ngechill di cafe sembari minum Matcha Latte.
😍😍😍
💭: Apakah berhasil?
👽: Berhasil. Tapi kumat lagi begitu udah sampai di JCC. Berarti itu namanya berhasil atau gak yah?
💭: Lah. Kenapa malah balik nanya.
HAHAHAHA
Aku jalan menuju lokasi sekitar jam 12 siang.
Karena jarak dari Senayan City ke JCC gak terlalu jauh, aku gak punya waktu yang cukup untuk puk-puk-in hati~😂
Begitu sampai, aku langsung diarahin ke ruangan untuk para pembicara.
LO (Liaison Officer) alias naradamping bawa pembicara — yang bikin aku gak bisa tidur semalaman — untuk dikenalin ke aku.
HUUUAAAAA
🧑🏼: Kak Ria, ini Chef Degan.
👨🏽🍳: Halo, Ria. Akhirnya kita ketemu juga yah.
👽: Hai, Chef. Aku deg-deg-an banget bisa satu panggung sama Chef. Gak nyangka banget. Aku senang banget bisa ketemu Chef. Aduh, Chef. Aku deg-deg-an~!!!!
((grogi left the room - karena aku malu-maluin banget))
Tapi Chef Degan baik banget.
Dia nenangin aku dengan bilang gini…
👨🏽🍳: Tenang aja, Ria. Kita kan nanti ngobrolin pengalaman. Saling sharing aja. Kamu gak perlu takut. Santai, Ria. Rileks.
———————————————————
Setelah suasana udah cair, kami ngobrolin tentang dunia pekerjaan masing-masing.
Asli. Aku makin tertarik dengan dunia pekerjaan Chef Degan pas dia cerita banyak hal di belakang layar seorang Chef.
Misalnya:
Seorang chef (anggap aja aku) diutus ke negara lain untuk mewakili makanan Indonesia di suatu tempat — anggap aja di hotel bintang lima di Morocco.
Di hotel itu udah pasti ada head chefnya, kan~
Kita namain GD yah. Biar kalian lebih mudah mencerna ceritanya.
GD bertanggung jawab untuk menjaga nama baik restorannya, nama baik hotel dan nama baik dirinya sendiri melalui serangkaian makanan yang disajikan untuk tamu.
Ketika ada chef lain datang untuk mewakili masakan Indonesia di hotel dan restonya GD, udah pasti GD khawatir banget.
💭: Kenapa?
👽: Karena GD gak kenal sama chef yang diutus, GD juga gak tau masakannya seperti apa. Sedangkan makanan apapun yang keluar dari dapurnya GD -- nama baik restoran, hotel dan dirinya yang dipertaruhkan.
Kalian kebayang, kan?
💭: Lalu apa yang harus dilakukan?
👽: Aku bilang ke GD. Tanggung jawab aku lebih banyak daripada dia. Aku harus jaga nama baik orang yang utus aku, nama baik negara, nama baik hotel, nama baik GD, nama baik team dan nama baik diriku sendiri. Jadi gak mungkin aku mengacaukan semuanya. Banyak nama baik yang harus aku jaga di dalam satu piring hidangan.
Ketika GD sadar akan hal itu, semua tembok pembatas hancur.
Dan di situ lah, kerjasama sebuah tim bisa terbangun dengan baik.
Itu yang Chef Degan lakukan setiap kali diutus ke negara lain untuk mewakili Indonesia.
Diplomasi terjadi di balik dapur melalui makanan.
Keren banget, kan.
😍✨
Aku jadi makin sadar.
Semakin kita punya “nama”, bukan berarti semuanya akan menjadi lebih mudah dan kita tinggal leha-leha menikmati hasilnya.
Justru sebaliknya.
Kita punya tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga “nama” yang udah dibangun.
Tanggung jawab yang meliputi konsistensi, kepercayaan, kesetiaan dan kejujuran.
Bisa dibilang, kita harus punya integritas.
“Integrity is doing the right thing. Even when no one is watching.” —C.S Lewis
———————————————————
P.S:
Aku baru balik jalan kaki (15 menit) dan ternyata mereka gak punya menu Matcha Latte.
😭😭😭
xoxo,
RSW
Информация по комментариям в разработке