KEBOAN DUSUN SUKODONO,KEDAWUNG,DAMREJO 2023

Описание к видео KEBOAN DUSUN SUKODONO,KEDAWUNG,DAMREJO 2023

Ritual keboan dilaksanakan sejak abad ke-18. Selain kerbau, tokoh sentral yang diperagakan dalam ritual ini adalah Dewi Sri. Kerbau dan Dewi Sri dianggap masyarakat sebagai simbol yang banyak membantu dalam pertanian. Ritual ini merupakan wujud syukur dan penghormatan terhadap leluhur atas hasil panen yang melimpah, yang dalam hal ini direpresentasikan dengan keboan dan Dewi Sri. Menurut hasil penelitian BNPB Yogyakarta (2015), ritual ini awalnya dilaksanakan di setiap desa di Banyuwangi. Beberapa desa yang tercatat melaksanakan ritual ini ialah Desa Watu Kebo, Kemiren, Alasmalang, dan Desa Aliyan. Seiring dengan perkembangan zaman, ritual ini banyak yang menghilang tanpa jejak. Sebagai contoh, di Desa Watu Kebo, masyarakat sudah tidak lagi melaksanakan ritual ini secara massal. Ritual hanya dilakukan oleh dua orang dengan membaca doa-doa islami. Di Desa Kemiren pun ritual ini sudah tidak dilaksanakan. Hanya ada dua desa di Banyuwangi yang hingga kini masih melaksanakan ritual keboan, yaitu Desa Alasmalang (disebut ritual kebo-keboan) dan Desa Aliyan. Bagian inti dari ritual keboan adalah selametan di makam leluhur dan ider bumi. Selamatan dilaksanakan sehari sebelum ider bumi. Ider bumi adalah ritual mengelilingi desa yang dilakukan oleh pelaku keboan, pelaku Dewi Sri, pawang, dan juga masyarakat setempat. Pada saat ider bumi, keboan mengalami kerasukan dan bertingkah seperti kerbau. Masyarakat percaya pada saat itulah roh leluhur mereka hadir ikut merayakan pesta panen. Pawai ider bumi dimulai dari sanggah (tempat meletakkan sesajen) dan berjalan berkeliling desa sesuai empat penjuru mata angin. Selama ider bumi berlangsung, keboan akan berkubang jika bertemu dengan guyangan (kubangan air). Selanjutnya mereka kembali lagi ke area sanggah yang terletak di persawahan. Di persawahan inilah keboan tersebut memulai perilakunya seperti kerbau yang membajak sawah dan berkubang di sawah. Setelah itu dilanjutkan dengan menanam benih padi. Masyarakat berebut untuk mendapatkan benih padi karena dipercaya bisa menyuburkan sawah mereka. Ritual keboan di Desa Aliyan dilaksanakan secara bersamaan di dua wilayah, yaitu di wilayah kulon atau wilayah desa bagian barat yang meliputi Dusun Kedawaung, Dusun Sukodono, dan Dusun Damrejo, dan wilayah wetan atau wilayah desa bagian timur yang meliputi Dusun Timurejo, Dusun Krajan, Dusun Cempokosari, dan Dusun Bolot. Karena luasnya wilayah desa, ritual keboan (baik di wilayah kulon maupun wilayah wetan) disepakati untuk dilaksanakan pada satu dusun di tiap-tiap wilayah tersebut. Di wilayah kulon, ritual keboan dilaksanakan di Dusun Sukodono, sedangkan di wilayah wetan pelaksanaannya di Dusun Timurejo. Meskipun dilaksanakan hanya pada satu dusun, semua dusun yang lain juga terlibat dalam pelaksanaan. Perbedaan pelaksanaan ritual ini terletak pada perbedaan tokoh yang menjadi sentral pemujaan dan beberapa tempat yang dianggap keramat di wilayah desa masing-masing. Tokoh pemujaan di wilayah kulon adalah Buyut Wadung, sedangkan di wilayah wetan adalah Buyut Wongso Kenongo. Kedua tokoh sentral tersebut adalah cikal bakal dari wilayah masing-masing. Masyarakat setempat meyakini jika keboan dari wilayah barat dan wilayah timur disatukan, akan terjadi perselisihan. Untuk menghindari hal tersebut, mereka mengadakan di wilayah masing-masing.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке