💥TIRAKAT UNTUK MENCAPAI SUWUNG

Описание к видео 💥TIRAKAT UNTUK MENCAPAI SUWUNG

cakra manggilingan - ini bagian dari Gusti Allah: siklus perulangan yang teratur sekaligus tidak teratur. Arti kembali ke pada Gusti Allah - itu kembali pada pengalaman tanpa batas pengalaman suwung tak terikat ingatan citra, gimik, dan persona rupa, karena kehidupan rata-rata manusia terjerat pengalaman-pengalaman terbatas tersebut. Pengalaman dalam siklus tumimbal lahir (menjadi manusia lagi), atau menjadi elemen pedesain - kosmik, atau pengalaman menjadi tiada; kita merasa tidak merdeka atau seakan mengalami jeratan waktu karena adanya siklus gerak (obah osik), misal satu cakra manggilingan tertentu akan menimbulkan pengalaman akan waktu dan ruang- (satu putaran bumi pada porosnya kita mengalami sehari semalam, satu siklus putaran bumi pada bulan adalah satu bulan, satu siklus bumi beredar pada matahari satu tahun) jadi yang seakan menjerat pengalaman kita dalam waktu, sesunguhnya adalah siklus gerak (obah osik) semakin banyak gerakan dalam diri kita (kekacauan pikiran, perasaan, batin kita) waktu semakin terasa pajang atau semakin krusial teralami dengan segala drama pelik dan dinamikanya, waktu semakin teralami saat kita kisruh atau menderita.
.
Sementara waktu ini tidak terasa saat kita bahagia, penuh cinta, dan tidur lelap. Hal ini kosekuensi dari siklus gerak dalam diri kita yang telah terkendali, meyusut, dan stabil tidak terpolarisasi berlebihan. Dan kita tahu banyak pertapa yang terlatih seperti Kanjeng Sunan Kalijaga, dst bisa duduk berbulan-bulan bahkan tahun di bawah pohon, gunung, pinggir sungai - mungkin bagi mereka itu tdk terasa lama; karena mereka tenggelam pada pengalaman yang melampaui batas. Karena waktu tak lagi berkerja kuat mempengaruhui pengalamannya. Karena seluruh unsur tubuhnya sudah tenang tak memberi reaksi gerak berlebih pada situasi - luar. Cakra manggilingan ini akan terus bergerak melakukan putaran dan berulang; hanya saja manusia merekam ingatan-ingatan pengalaman yang sperti apa? Ingatan/ cita/ rekaman menentukan mereka kembali pada struktur ingatan itu/ memori - untuk terejawantah kembali. Bila yang ada pada "dirinya/wadag" banyak ingatan pengalaman emosi, tubuh, pikiran: misal ingatan menjadi orang baik, menjadi guru, atau menjadi teridentifikasi melalui identitas-identitas citra rupa tubuh, pikiran, emosi, ya memungkinkan mereka akan terlahir/ tersusun kembali jadi manusia atau bahkan mungkin binatang.
.
Jika ingatan-ingatan itu melebur dalam ingatan ketiadaan/ tanpa batas ini yang mungkin dikatakan moksa. Menjadi pengalaman inti materi yang tak terpengaruh kuat oleh gravitasi/ siklus obah gerak yang intens dan krusial. Inipun juga pengalaman cakra manggilingan di taraf "Suwung Hamengku Ana" Kosong yang melahirkan keberadaan - inipun juga siklus perulangan / perputaran di tinggkat transendental; kosong isi, kosong lagi isi lagi dst. Untuk sampai ke pengalaman tersebut memang butuh pelatihan tertentu dan ajeg. Inilah yang dilakukan oleh para Pitara kita di masa silam. Jadi Cakra Mangilingan itu abadi berputar: sering dikatakan tanpa awal tanpa akhir, ya karena Cakra Manggilingan adalah kecerdasan yang bergerak begitu saja apa adanya. Memberi kesempatan bagi unsur-unsur semesta untuk mengadakan karya dalam tingkatan tertentu (penciptaan). Setelah itu lebur dan memulai lagi dan begitu seterusnya.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке