#02
SEJARAH ERUPSI GUNUNGAPI GALUNGGUNG
Galunggung merupakan gunungapi tipe A yang pernah mengalami 4 kali erupsi magmatik sesudah tahun 1600. Rangkaian sejarah 4 kali erupsi gn. Galunggung yang dicatat oleh peradaban manusia sebagai berikut:
1. ERUPSI 1822
Tanda-tanda awal erupsi diketahui pada bulan Juli 1822, dimana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan ke kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.
8 Oktober-12 Oktober, erupsi menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Luncuran awan panas melalui celah antara Pr. Haur dengan Pr. Ngamplong menuju Cisayong dan Cidadap di bagian lereng timur, hingga Citandui yang berjarak 18 km dari puncak. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Akibat erupsi tercatat korban manusia 4.011 jiwa, menghancurkan 114 desa dan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak dan kekuatan erupsi 8,26.
Galunggung mempunyai periode istirahat panjang (dormant periode) sebelum erupsi 1822.
2. ERUPSI 1894
Pada 7-9 Oktober terjadi erupsi yang menghasilkan awan panas dan berlanjut pada 27 dan 30 Oktober terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar pada erupsi tahun 1822. Desa yang hancur sebanyak 50 buah, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.
3. ERUPSI 1918
Pada 6 Juli terjadi erupsi yang diawali gempa bumi, menyebabkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan. 19 Juli, muncul kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440 m yang dinamakan gunung Jadi.
4. ERUPSI 1982-1983
Erupsi pertama terjadi pada 5 April 1982 yang disertai suara dentuman, pijaran api dan kilatan halilintar. Kegiatan erupsi berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983.
Erupsi pada periode ini menyebabkan berubahnya peta wilayah pada radius sekitar 20 km dari kawah Galunggung, yaitu mencakup kecamatan Indihiang, kecamatan Sukaratu dan kecamatan Leuwisari. Perubahan peta wilayah tersebut lebih banyak disebabkan oleh terputusnya jaringan jalan dan aliran sungai serta areal perkampungan akibat melimpahnya aliran lava dingin berupa material batuan, kerikil dan pasir.
Pada periode pasca letusan (sekitar tahun 1984-1990) merupakan masa rehabilitasi kawasan bencana, yaitu dengan menata kembali jaringan jalan yang terputus, pengerukan lumpur/pasir pada beberapa aliran sungai dan saluran irigasi (khususnya Cikunten I), kemudian dibangunnya check dam (kantong lahar dingin) di daerah Sinagar sebagai 'benteng' pengaman melimpahnya banjir lahar dingin ke kawasan Kota Tasikmalaya. Pada masa tersebut juga dilakukan eksploitasi pemanfaatan pasir Galunggung yang dianggap berkualitas tinggi untuk bahan material bangunan maupun konstruksi jalan raya.
Secara umum periode erupsi 1982-1983 dibagi menjadi 3 fase sesuai dengan tipe erupsinya, yaitu :
FASE PERTAMA
Erupsi awal (5 April-6 Mei 1982) berupa erupsi tipe Pellean yang menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas, lontaran batu, hujan batu, abu dan gas. Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan 40%. Awan panas meluncur dan mengendap di Cibanjaran sejauh 5,1 km serta di Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi abu erupsi mencapai 12 km dari kawah.
Erupsi pada 17-19 Mei, masih merupakan fase penghancuran kubah lava yang dianggap sebagai "erupsi utama" dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap erupsi mencapai lk 30 km dan sisa kubah lava Gunung Jadi sebesar 5%. Setelah fase erupsi pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok erupsi.
FASE KEDUA
Berupa erupsi tegak tipe vulkano, yang secara dominan menghasilkan piroklastik jatuhan, lontaran batu dan hujan pasir, serta menghancurkan seluruh sisa kubah gunung Jadi. Tinggi asap erupsi pada 13-19 Juli mencapai +/- 35 km dan melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan hingga kedalaman 150 meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan abu.
Erupsi 24 Juni, menyebabkan pesawat terbang British Airways 747 melakukan pendaratan darurat, karena salah satu dari keempat mesin jetnya mati akibat kemasukan abu.
FASE KETIGA
Merupakan erupsi Strombolian yang melontarkan batu pijar seperti kembang api. Erupsi yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan abu dengan tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap erupsi setinggi 12 km. Erupsi terus mengecil atau melemah dan terjadi penumpukan bahan erupsi berupa tefra di dasar kawah dan di sekeliling lubang erupsi membentuk kerucut silinder dengan ketinggian 60 m di atas dasar kawah. Fase erupsi ini diakhiri oleh keluarnya aliran lava dari radial fissure dekat dasar kerucut silinder. Sejak Januari 1983 Gunung Galunggung sudah tidak memperlihatkan aktifitasnya lagi, erupsi yang terjadi pada Januari 1984 berupa dua erupsi phreatik kecil yang mengeluarkan uap air dan sedikit abu.
(dari berbagai sumber)
Информация по комментариям в разработке