Penampakan Dulu dan Kini Rumah Penyiksaan Para Jenderal saat G30S/PKI di Lubang Buaya

Описание к видео Penampakan Dulu dan Kini Rumah Penyiksaan Para Jenderal saat G30S/PKI di Lubang Buaya

TRIBUN-VIDEO.COM - Rumah penyiksaan pemberontakan G30S/PKI menjadi saksi bisu sejarah kelam pembunuhan dewan jenderal tahun 1965.

Pemberontakan yang dipimpin oleh Letkol Untung bergerak melakukan penculikan dewan jenderal, yakni tujuh perwira TNI yang menjadi target aksi G30S/PKI.

Setelah berhasil menculik enam jenderal, dan satu perwira TNI, pasukan Cakrabirawa membawa tawanan ke rumah penyiksaan yang berada di Lubang Buaya.

Rumah penyiksaan yang digunakan oleh pasukan PKI merupakan rumah milih warga bernama Bambang Harjono yang berlokasi tak jauh dari sumur maut Lubang Buaya.

Rumah milik Harjono ini sebelumnya merupakan Sekolah Rakyat, ia yang merupakan simpatisan akhirnya menyerahkan rumah itu ke PKI.

PKI menggunakan rumah ini sebagai tempat menyiksa para perwira TNI masih hidup setelah diculik pasukan Cakrabirawa.

Mereka yang disiksa di rumah ini adalah Mayor Jenderal TNI R.Soeprapto, Mayor Jenderal TNI S.Parman, Brigjen TNI Soetojo Siswomiharjo dan Lettu Czi Pierre Andreas Tendean yang kala itu dikira pasukan Candrabirawa sebagai Jenderal AH Nasution.

Setelah para Pahlawan Revolusi disiksa hingga dibunuh, jasad mereka kemudian dibuang ke sumur tua yang berada di samping Rumah Penyiksaan.

Sumur Maut berkedalaman 12 meter dan berdiameter 75 cm itu menjadi akhir dari rentetan peristiwa penculikan, penyiksan dan pembunuhan terhadap dewan jenderal.

Para jenderal dibawa dari teras penyiksaan, satu persatu dari mereka dimasukan ke dalam sumur tua tersebut.

Pasukan PKI juga memberikan rentetan tembakan ke dalam sumur untuk memastikan mereka semua tewas.

Berada di kedalaman 12 meter, jasad para jenderal ditimbun menggunakan tanah, dedaunan hingga gedebog pisang.

Akibat sempitnya diameter sumur, proses pengangkatan jenazah tidak bisa dilakukan secara langsung karena sumur hanya bisa dimasuki oleh satu orang.

Proses evakuasi akhirnya dilakukan dengan cara satu orang masuk kedalam sumur, jasad para korban kemudian ditarik ke atas menggunakan tali.

Dikomandoi langsung oleh Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad, evakuasi jenazah baru dilakukan oleh pasukan KKO-AL dan RPK-AD.

Kini sumur maut Lubang Buaya kini menjadi bagian dari Kompleks Monumen Pancasila Sakti yang diresmikan Soeharto pada tahun 1973.

Tujuannya Lubang Buaya dijadikan monumen yakni untuk mengenang perjuangan para pahlawan revolusi, juga merupakan upaya membebaskan Indonesia dari ancaman ideologi komunis.(*)

VP : Jalu Setyo Nugroho

#G30S/PKI
#SejarahG30S/PKI
#Soekarno
#Soeharto

Комментарии

Информация по комментариям в разработке