Gudang Dinamit Jepang di Tirtomoyo: Dipakai PKI Untuk Tempat Pembantaian, Sering Terdengar Tangisan

Описание к видео Gudang Dinamit Jepang di Tirtomoyo: Dipakai PKI Untuk Tempat Pembantaian, Sering Terdengar Tangisan

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Di Desa Hargorejo, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri terdapat sisa bangunan bekas Gudang Dinamit Jepang yang menjadi saksi bisu kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI).


Eks Gedung Dinamit milik Jepang itu digunakan oleh PKI Muso untuk menahan dan menyiksa tahanan sebelum akhirnya dieksekusi mati dengan cara yang kejam.


Sesepuh Desa Hargorejo, Sukiman Mulyono (85) menerangkan peristiwa pembantaian oleh PKI di wilayahnya terjadi pada tahun 1948, jauh sebelum peristiwa G30S/PKI 30 September 1965.


"Korban atau tahanan ditahan disana, jumlahnya 55 orang meninggal yang terdiri dari Pejabat, tokoh Kiai dan warga yang menentang keberadaan PKI disini," kata dia, kepada TribunSolo.com.


Dia menceritakan, awal mula PKI datang ke wilayahnya adalah di bulan Agustus 1948. Sebanyak 17 tentara yang dipimpin oleh Suhada, mengaku datang ke desa setempat untuk melindungi warga.


Namun berbeda kenyataannya, mereka malah menahan dan membantai sejumlah orang di lokasi yang diketahui merupakan Gudang Dinamit Jepang yang datang disana tahun 1942.


"Datang Agustus 1948, ditahan dan diberikan makanan tidak wajar selama beberapa bulan sebelum dibantai. Disiksa dahulu sebelum dieksekusi. Itu dieksekusi secara bergilir atau bergantian," jelasnya.


Sukiman menerangkan, PKI mengeksekusi tahanan secara kejam. Tidak menggunakan pistol atau tembak, melainkan dipukul di dekat liang lahat yang ukurannya sangat dangkal.


Menurut dia, tidak ada yang mengetahui saat PKI mengeksekusi para tahanan. Sebab lokasi Gudang Dinamit itu berada di tengah lereng hutan, dekat sungai dan jauh dari pemukiman.


"Gudangnya digunakan untuk menahan, kalau sudah giliran dibawa ke sekitaran gudang untuk eksekusi sekaligus dikuburkan disana," jelasnya.


Selanjutnya, keberadaan PKI Muso disana terendus oleh Tentara Siliwangi. Pasukan PKI Muso kemudian melarikan diri akibat diserang oleh Tentara Siliwangi.


Beberapa hari kemudian, sebagian jenazah digali kembali dan dimandikan di lokasi yang saat ini berdiri Monumen 48 Hargorejo.


Saat ini, lokasi yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI tersebut masih ada. Namun sayangnya, hanya tersisa pondasi Gudang Dinamit itu yang terbuat dari batu.


"Kalau cerita orang yang lewat disana, sering ada suara-suara. Seperti menangis atau minta tolong, banyak yang cerita begitu, tapi saya belum pernah mengalami," ujar Sukiman.


Wajar banyak warga yang lalu lalang disekitaran eks Gudang Dinamit Jepang itu. Sebab ada jalan setapak yang digunakan warga yang pergi ke ladang yang berjejer dengan lokasi pembantaian itu.


"Kalau wujud tidak ada, hanya suara-suara, namanya juga angin. Pokoknya suara orang nangis, teriak-teriak itu ada disekitaran lokasi itu," imbuh dia.


Tak hanya itu, di dekat lokasi eks Gudang Dinamit itu, dibangun Monumen 48 Hargorejo. Di monumen tersebut ada dua patung yang menggambarkan kelamnya masa lalu.


Tak hanya itu juga ada tiang tinggi yang bertuliskan nama-nama korban kekejaman PKI Muso disana serta patung burung garuda.


"Dulu ada orang KKN, memfoto garuda itu tapi tidak terlihat. Kalau angkernya sampai sekarang ada, ceritanya orang begitu dan sering terdengar suara-suara tadi," pungkasnya. (*)




Caption: Reruntuhan eks Gudang Dinamit Jepang di Desa Hargorejo yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI disana.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке