HAHOMION NA TOLU Choreography by Rines Onyxi Tampubolon

Описание к видео HAHOMION NA TOLU Choreography by Rines Onyxi Tampubolon

Karya Tugas Akhir Penciptaan Tari S1 Institut Seni Indonesia Yogyakarta oleh Rines Onyxi Tampubolon

Dalihan Natolu dalam kehidupan masyarakat Batak dianggap sebagai pandangan hidup yang memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Dalihan Natolu terbagi menjadi tiga kedudukan fungsional yaitu, Somba Marhulahula (hormat kepada keluarga dari pihak istri), Elek Marboru (mengayomi wanita) dan Manat Mardongan Tubu (bersikap sopan/hati-hati kepada teman semarga). Tiga kedudukan yang menjadi penyokong adat inilah yang disimbolisasikan ke dalam bentuk visual Dalihan Natolu (tungku berkaki tiga). Tungku yang memiliki tiga kaki, memiliki keseimbangan yang mutlak, karena tungku tersebut tidak dapat berdiri dan tidak dapat digunakan apabila salah satu kakinya rusak. Berdasarkan makna tersebut, leluhur suku Batak memilih tungku berkaki tiga sebagai falsafah hidup dalam tatanan kekerabatan antara sesama yang bersaudara atau satu marga dengan kelompok pemberi istri dan kelompok penerima istri. Segala kegiatan adat masyarakat Batak tidak dapat berjalan dan terlaksana apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada.

Dalam karya Hahomion Na Tolu, penggunaan tiga orang penari yang terdiri dari satu penari perempuan dan dua penari laki-laki dianalogikan sebagai gambaran konsep keseimbangan nilai tiga yang terkandung dalam Dalihan Natolu. Koreografi dalam garap tari kelompok ini memanfaatkan media gerak hasil pengembangan beberapa motif Tari Tor-Tor Batak sesuai ketubuhan penata. Pengolahan motif ditekankan pada kualitas gerak tegas, kuat, dan perwujudan desain yang menunjukan keseimbangan melalui gerak-gerak saling menyangga dan lifting. Busana dalam koreografi ini menggunakan bahan ulos dan pilihan warna lebih pada warna merah, hitam dan putih, ketiganya merupakan warna yang digunakan dalam setiap kegiatan adat Batak. Musik tari diformat live dengan pola-pola hasil pengembangan Gondang Uning-uningan Batak. Karya ini diharapkan memberikan informasi tentang makna dan nilai yang terkandung dalam Dalihan Natolu.

Description :
Dalihan Natolu in Bataknese society's life is considered as a view of life that has values ​​which are universal. Dalihan Natolu is divided into three functional positions namely, Somba Marhulula (respect to the family of the wife), Elek Marboru (nursing women) and Manat Mardongan Tubu (be polite / careful to clan members). Those three positions that serve as proponent of the tradition are symbolized in the visual form of Dalihan Natolu (three-legged fireplace). The three-legged fireplace has an absolute balance, because the fireplace can not stand and can not be used when one of its legs is damaged. Based on that meaning, Bataknese ancestors chose a three-legged fireplace as a philosophy of life in a kinship arrangement between a brothers or a clan with a wife giver and wife receiver groups. All the activities of Bataknese's traditions can not be run and executed if one of the three elements are not there.

In the work of Hahomion Na Tolu, the use of three dancers consisting of one female dancer and two male dancers is analogous to the concept of the balance of three values ​​contained in Dalihan Natolu. Choreography in the working on this group of dance is utilizing the motion media development of several motifs from Tor-Tor Bataknese Dance according to the stylist's design. The Motif processing is emphasized on the quality of motion firm, strong, and the embodiment of design that shows the balance through the motion of mutual support and lifting. Clothing in this choreography using ulos material and more color choices on red, black and white, all three are the colors used in every Bataknese's tradition activities. The music for the dance is formatted live with patterns of Bataknese's Gondang Uning-uningan's development. This work is expected to provide information about the meaning and value contained in Dalihan Natolu

Комментарии

Информация по комментариям в разработке