Gedung Candra Naya Sejarah Dan Kondisinya Terkini

Описание к видео Gedung Candra Naya Sejarah Dan Kondisinya Terkini

Gedung Candra Naya
Green Central City, Jl. Gajah Mada No.RT.3 No.188, RT.2/RW.5, Glodok, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11120

Candra Naya adalah sebuah bangunan cagar budaya di daerah Jakarta, Indonesia, yang merupakan bekas kediaman keluarga Khouw van Tamboen, terutama Majoor der Chinezen Khouw Kim An, kepala bangsa Tionghoa di Batavia yang terakhir (1910-1918) dan diangkat kembali (1927-1942)
Bangunan seluas 2.250 meter persegi ini memiliki arsitektur Tionghoa yang khas dan merupakan salah satu dari dua kediaman rumah mayor Tionghoa Batavia yang masih berdiri di Jakarta.

Tidak ada catatan pasti yang menandakan tahun pendirian gedung Candra Naya, namun diperkirakan bangunan ini didirikan pada tahun Dingmao (tahun kelinci api), yaitu 1807, oleh Khouw Tian Sek untuk menyambut kelahiran anaknya, Khouw Tjeng Tjoan, pada 1808. Atau, versi lain dari sejarah gedung ini adalah bangunan tersebut didirikan oleh Khouw Tjeng Tjoan pada 1867 yang juga merupakan tahun Dingmao (tahun kelinci api).

Khouw Tian Sek adalah seorang tuan tanah yang memiliki tiga putra dan masing-masing diberinya sebuah gedung. Salah satunya adalah Khouw Tjeng Tjoan yang mendapatkan gedung Candra Naya di Jalan Gajah Mada 188. Khouw Tjeng Tjoan, yang memiliki 14 istri dan 24 anak, menggunakan bangunan utama Candra Naya sebagai kantor dan bangunan belakang sebagai tempat tinggal. Bangunan tersebut kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Khouw Kim An yang lahir di Batavia pada 5 Juni 1876. Gedung Candra Naya juga disebut sebagai "Rumah Mayor" karena Khouw Kim An diangkat sebagai mayor Tionghoa (majoor der Chineezen) pada 1910, setelah menjabat sebagai letnan Tionghoa (luitenant der Chineezen) pada 1905 dan kapitan Tionghoa (kapitein der Chineezen) pada 1908. Tugas mayor Tionghoa pada masa itu adalah mengurusi kepentingan masyarakat Tionghoa pada zaman Hindia Belanda. Khouw Kim An juga merupakan seorang pengusaha dan pemegang saham Bataviaasche Bank. Khouw Kim An mulai menempati gedung Candra Naya pada 1934, setelah sebelumnya tinggal di Bogor. Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, Khouw Kim An ditangkap dan dimasukkan dalam kamp konsentrasi hingga wafat di Cimahi pada 13 Februari 1945.

Gedung Candra Naya diapit oleh dua gardu jaga di bagian kanan dan kiri. Dulunya di bagian depan terdapat taman yang cukup luas dan di bagian belakang terdapat kolam teratai. Bangunan Candra Naya terdiri dari beberapa ruang utama sebagai berikut:

Ruang umum untuk menerima tamu dan merupakan kantor Khouw Kim An, terdiri dari bagian teras hingga ruang penerimaan tamu.

Ruang semi-pribadi untuk tamu-tamu akrab. Ruangan ini dipisahkan dari ruang umum dengan adanya sebuah halaman yang ditutup dengan genteng kaca. Setelah halaman tertutup genteng kaca ini terletak suatu ruangan terbuka dengan altar untuk menyembahyangi dewa-dewi. Di kiri-kanan dinding altar terdapat dua buah pintu yang menuju ke sebuah pintu lain yang menerus ke halaman utama. Kedua ruang ini terdapat di bangunan utama (main building)

Ruang pribadi sebagai tempat hunian keluarga terletak di bagian belakang, terdiri dari bangunan dua lantai dengan kamar-kamar tidur terletak berjejer di kedua lantai. Bangunan ini merupakan bangunan belakang (back building)
Ruang pelayan yang berfungsi sebagai dapur, tempat para selir, dan anak-anak. Bangunan ini merupakan sayap kanan kiri bangunan utama (wing buildings).

Halaman, Kamar-kamar di Candra Naya dibuat menghadap halaman utama di tengah bangunan. Selain itu, di bagian kanan dan kiri, di depan bangunan sayap, juga terdapat halaman. Halaman utama di depan bagian belakang bangunan yang bertingkat dua tadi dilengkapi gazebo.

Salah satu struktur yang istimewa dari Candra Naya adalah bentuk atap melengkung bergaya Tionghoa yang kedua ujungnya terbelah dua, disebut "Yanwei" ('Ekor Walet'). Struktur atap yang melengkung ini, yang juga terdapat pada bangunan kelenteng, menandakan status sosial penghuninya. Pada pemisah antara halaman depan dan halaman samping, terdapat jendela penghubung yang disebut jendela bulan atau moon gate.
Beberapa ornamen yang menempel pada gedung ini adalah Ba Gua ('Delapan Diagram') yang berupa pengetuk pintu berbentuk segi delapan untuk penolak bala, hiasan berupa jamur lingzhi pada pintu masuk utama yang melambangkan umur panjang, dan ragam hias bergambar buku, papan catur, kecapi, dan gulungan lukisan di bagian atas teras depan yang melambangkan sang pemilik rumah adalah seorang cendekiawan (scholar) disamping seorang hartawan.

Комментарии

Информация по комментариям в разработке