KOVID: RUU Masyarakat Adat - Tak ada Pertentangan Masyarakat Adat dan Negara

Juru kongkow Kemitraan kali ini berkesempatan mengintip salah satu desa di kawasan masyarakat adat Kajang, Desa Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba di Provinsi Sulawesi Selatan..

Kak Ramlah, anak Ammatoa pertama yang bergelar sarjana. Disela-sela kesibukannya sebagai anak seorang pemangku adat, Kak Ramlah membentuk Kelompok Perempuan Kalea. Tujuannya mulia, agar perempuan adat selain menenun juga bisa menjahit, sehingga bisa membuatkan sarung tenun untuk keluarganya tanpa susah dan keluar banyak biaya.

Berikutnya, kami berkesempatan bertemu dengan kepala Desa Tana Toa, Bapak Salam S.E, yang dalam struktur adat juga bergelar Gala Lombo. Beliau bercerita praktik aturan adat dan negara (dalam hal ini desa) dapat berjalan beriringan.

Narasumber ketiga adalah Asisten III bidang pemerintahah Kabupaten Bulukumba, Bapak Andi Buyung, yang juga bergelar adat Labiria. Menurut beliau, negara tidak perlu khawatir akan adanya praktik negara dalam negara saat RUU Masyarakat Adat disahkan.

Masih banyak cerita dari Kajang, mulai dari filosofi hidup sederhana, makna penggunaan kain warna hitam, dan kengototan mereka dalam menjaga dan merawat hutan. Ada juga cerita mereka bertemu dengan Presiden Jokowi, dan dikunjungi Bu Menteri KLHK, Bu Siti Nurbaya Bakar.

Yuk, ikuti cerita selengkapnya Kongkow Intip Desa (KOVID) edisi Masyarakat Adat Kajang, Bulukumba.

Part 1: https://bit.ly/perempuan-kajang
Part 2: http://bit.ly/adatdesakajang
Part 3: http://bit.ly/relamatijagahutan

Selamat menyimak dan semoga bermanfaat.

Jangan lupa Like, Subscribe, & Comment

==========================================================
Saksikan terus beragam konten seputar tata kelola menarik lainnya hanya di:
Youtube Channel:
   / kemitraanindonesiapartnership  
Twitter:
  / kemitraan_ind  
Instagram:
  / kemitraan_ind  
Facebook:
  / kemitraanid  

www.kemitraan.or.id