• APA BEDA CANANG GENTEN DAN CANANG SARI
#CanangGenten
#canangsari
#Upakara
APA BEDA CANANG GENTEN DAN CANANG SARI. Dalam agama Hindu, dikenal tri kerangka agama yaitu tattwa, Susila, dan upacara. Agama itu tidak hanya bicara mengenai tattwa (kebenaran), tetapi juga melaksanakan semua yang diyakininya itu lewat laku suci dan beretika, serta upacara. Itu sebabnya agama Hindu adalah tindakan disiplin yang sistematis dan malahan disebut dengan yoga. Trilogi itu dalam istilah Hindu secara umum disebut dengan Satyam, Siwam, Sundaram. Berbicara mengenai upacara, di dalamnya terdapat pemimpin upacara (Pinandita dan Pandito), waktu pelaksanaan upacara, tempat upacara, dan perlengkapan upacara (sarana). Berbicara mengenai peralatan upacara di dalamnya terdapat banten (upakara). Salah satu unsur kecil dalam banten adalah canang. Setidaknya ada beberapa jenis canang di antaranya: 1. Canang Genten, 2. Canang Sari, 3. canang Buratwangi, 4. Canang Tadah Pawitra atau juga disebut Canang Tadah Sukla, 5) Canang Pesucian/Canang Pengrawos, 6) Canang Pengesikan, 7) Canang Meraka, 8. Canang Tabungan, 9) Canang Rebong, dan 10. Canang Oyodan (Purwati, 2022). Selanjutnya dalam pembahasan ini difokuskan pada Canang Genten dan Canang Sari. Canang Genten dibuat berbentuk segi empat, alasnya bisa dari janur bisa juga dari daun pisang, di atasnya berisi plawa (daun bunga), selanjutnya berturut-turut diisi porosan ( terbuat dari sirih, kapur dan pinang) di atasnya diisi wadah lengis (janur yang dibuat berbentuk segitiga), barulah diatasnya ditata bunga bunga yang harum, pandan wangi dan minyak wangi. Beberapa makna yang terkandung dari bahan-bahan yang digunakan antara lain: a) Plawa ( daun bunga) dimaksudkan sebagai perlambang ketenangan dan kesucian hati, b) Reringgitan dari janur melambangkan kesungguhan hati, c) Sirih pada porosan melambangkan Hyang Wisnu, d) Kapur melambangkan Hyang Iswara, e) Pinang melambangkan Hyang Brahma, f) Tali porosan sebagai pemersatu ketiga unsur tadi (sirih, kapur dan pinang) yang dimaksudkan sebagai penunggalan Hyang Brahma Wisnu dan Iswara atau perwujudan Tuhan Yang Maha esa dengan tiga kemahakuasaannya sebagai Brahma Wisnu dan Iswara. g) Bunga sebagai lambang ketulusan dan keindahan dan kesucian hati, h) Pandan wangi dan wangi-wangian bertujuan untuk memberikan sentuhan aroma yang menyegarkan untuk membantu menenangkan dan memusatkan pikiran. Fungsi dari canang genten ini selain sebagai persembahan juga sebagai pelengkap banten, karena setiap banten hendaknya dilengkapi dengan canang genten. Genten berarti polos, belum berisi tambahan lain seperti buah, jajan dan sebagainya, bentuknya masih murni. Hal ini menyimbolkan persembahan kita yang polos dan murni, seberapapun banyak nya macam upakara/banten, akan kembali pada kemurnian yang disimbolkan dengan canang genten. Lalu apa bedanya dengan Canang Sari ? Canang Sari merupakan ciptaan dari Mpu sang Kul Putih yang menjadi sulinggih menggantikan Danghyang Rsi Markandeya di Pura Besakih. Canang Sari bila dilihat dari bentuknya merupakan simbol dari Lingga Yoni, karena dasar canang sari adalah segi empat identik dengan Brahma bhaga, di atasnya terdapat uras sari yang berbentuk lingkaran sebagai simbol Yoni, dan ketika lingkaran dan segi empat digabungkan akan membentuk segi delapan sebagai simbol Wisnu Bhaga, selanjutnya bentuk bunga yang menjulang akan menyerupai Lingga (Siwa Bhaga), dengan demikian Canang sari juga bisa menjadi Lingga yoni yang terbuat dari daun dan bunga. Canang sari dilengkapi simbol simbol dari energi unsur panca maha bhuta sebagai hasil pertemuan lingga Yoni/purusa Pradana yaitu: a) tebu sebagai simbol air; b) pisang simbol pertiwi atau benda padat; c) kekiping sebagai simbol angin; d) minyak/boreh miyik sebagai simbol api karena terbuat dari serbuk kayu dan minyak yang mudah terbakar, dan e) beras: sebagai simbol akasa (akasa biji beras laksana bintang bintang yang bertaburan dimana tempat kemungkinan besar disana terdapat kehidupan seperti halnya dengan bumi ini), selain itu juga sebagai simbol kemakmuran yang dihasilkan dari pertemuan Lingga Yoni/Purusa Predana/ positif negatif. Dilihat dari asal kata canang berasal dari kata “can” yang berarti indah, sedangkan “Nang” berarti tujuan atau maksud (Bhs Kawi/Jawa Kuno). Sari berarti inti atau sumber. Dengan demikian Canang sari bermakna persembahan yang indah yang ditujukan kepada sumber kehidupan yaitu Ida Sanghyang Widhi. Fungsi dari canang sari selain sebagi simbol perwujudan Ida Sanghyang Widhi, juga digunakan sebagai sarana pemujaan dan persembahan dan sebagai pelengkap upakara/banten lainnya.
Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada Youtube, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
https://www.youtube.com/channel/UCB5R
Facebook:
www.facebook.com/yudhatriguna
Instagram:
/ yudhatrigunachannel
Website:
https://www.yudhatriguna.com
Информация по комментариям в разработке