Adat Kajang Dalam Penerapan Aturan "Pasang Ri Kajang" || Filosofi Hidup Ditengah Dunia Matearilis

Описание к видео Adat Kajang Dalam Penerapan Aturan "Pasang Ri Kajang" || Filosofi Hidup Ditengah Dunia Matearilis

Mentari Sulawesi
Suku Kajang Dalam Penerapan Aturan "Pasang Ri Kajang" || Filosofi Hidup Ditengah Dunia Matelaris
   • Adat Kajang Dalam Penerapan Aturan "P...  
#sukukajang
#ammatoa
#kajangdalam
#kajangluar
#kehidupansukukajang

Sahabat Mentari Sulawesi
Suku dengan identitas berpakain hitam ini bermukim di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Atau 200 km dari arah timur Kota Makassar.
Kehidupan masyarakat adat Kajang yang tertata rapi dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi, mampu menciptakan kondisi sosial kehidupan aman dan damai karena diikat oleh hukum adat yang masih kental hingga sampai hari ini.

Hidup di daerah kawasan hutan yang rimba, membuat masyarakat adat Kajang begitu mencintai alam seperti dia merawat anaknya sendiri. Ketika berkunjung ke daerah Kajang maka hal pertama yang disuguhkan adat Ammatoa atau pemimpin adat suku kajang adalah kesejukan udara yang memanjakan saluran pernapasan. Bagaimana tidak, pengunjung yang sehari-hari beraktivitas di tengah kota dengan suguhan kota yang panas, gerah dan berteman dengan polusi rasanya akan terhapuskan ketika menggunjungi kawasan adat Ammatoa. Hidup di era modern, tak membuat goyah pendirian masyarakat adat suku Kajang untuk terus mempertahankan tradisi yang diwariskan nenek moyang mereka. Hal inilah yang membuat suku Kajang menjadi objek wisata baik lokal maupun mancanegara.
Filosofi hidup suku kajang adalah hidup sangat sederhana dan menolak segala sesuatu yang berbau teknologi .........tidak memiliki keinginan berlebih dalam kehidupan sehari hari, misalnya makan pakaian dan lain sebagainya
Masyarakat adat Kajang punya identitas tersendiri untuk mengenalnya. Warna hitam adalah ciri khas dan favorit dengan makna yang mendalam sebagai prioritas utama dalam menjalani hidup. Bagi mereka, hitam adalah warna yang melambangkan persamaan dalam segala hal. Artinya, semua manusia itu sama di hadapan Tuhan, tidak membedakan status sosial dalam masyarakat, serta hitam adalah semua warna warna dari semua warna atau tidak ada yang lebih baik dari warna hitam.
Selain itu, hal unik lainnya yang bisa kita temukan di suku adat Kajang adalah bentuk bangunan rumah yang menghadap kearah barat. Yang membedakan antara rumah panggung suku Kajang dengan suku bugis lainnya adalah posisinya yang menghadap ke arah barat atau membelakangi arah terbitnya matahari.
Masyarakat adat suku Kajang meyakini bahwa posisi rumah yang membelakangi arah terbitnya matahari bisa memberikan keberkahan. Dengan posisi rumah yang tertata rapi dan bentuk yang sama adalah salah satu hal yang membuat pengunjung terkesan dengan pemandangan yang tidak lazim ini.
Bukan hanya itu bentuk rumah kajang dalam dan Kajang luar sangat berbeda. Di Kajang luar dapur dan tempat buang airnya terletak di bagian belakang rumah sama halnya dengan rumah-rumah pada umumnya, tidak seperti dengan kajang dalam / kawasan Ammatoa yang menempatkan dapur dan tempat buang airnya didepan.
Di sisi lain, ada yang tidak kalah unik yaitu masyarakat adat tidak boleh menggunakan alas kaki saat berada di kawasan Ammatoa. Hal ini dianggap bertentangan dengan prinsip hidup masyarakat adat yaitu tidak boleh tersentuh barang yang berbau modernitas.

Suku Kajang merupakan komunitas adat yang menutup diri dari sentuhan teknologi. Bagi mereka, tekhnologi hanya bisa merusak tatanan kehidupan yang selama ini dilestarikan.
Menjunjung tinggi penghormatan terhadap alam, sampai hari ini hutan adat Ammatoa tetap lestari meski diterpa berbagai bentuk ancaman tekhnologi bahkan eksploitasi.
Merawat alam bagi mereka adalah sebuah kewajiban. Semua aturan tertuang dalam hukum adat yang disebut “pasang ri kajang”. Aturan itu berupa larangan menebang pohon tanpa memiliki izin dari pemangku adat setempat, menebang pohon dengan alat seadanya atau hanya menggunakan kapak.
Hutan adalah filosofi orang kajang, tanpa hutan tidak ada kehidupan,
untuk belajar hidup bijaksana dan hidup bersahabat dengan alam harus belajar dari masyarakat kajang, mereka hidup sesuai dengan kebutuhan bukan hanya keinginan semata atau nafsu serakah yang akhirnya dapat merusak alam

Комментарии

Информация по комментариям в разработке