KENDURI|KENDUREN|SLAMETAN||KEARIFAN LOKAL|ADAT BUDAYA DAN DOA KESELAMATAN|DOA KEBERKAHAN

Kenduri (kenduren) pada merupakan ritual selametan (jawa) yakni berdoa bersama yang dihadiri para tetangga dan sanak famili (keluarga) yng dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh yang dituakan di satu lingkungan. Biasanya disajikan juga tumpeng lengkap dengan lauk pauknya (berkat) yang nantinya akan dibagikan kepada yang hadir atau untuk di bawa pulang.
Kenduren bertujuan untuk mendoakan para arwah (leluhur) supaya dapat diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT atau dengan tujuan lain sesuai hajat yang dimaksud yang dipimpin oleh seorang kiyai.
Pada zaman dahulu, di upacara Kenduren selalu disajikan sesaji sebagai persembahan namun semenjak datangnya Islamdi Nusantara oleh para Wali dan penerusnya diganti dengan sedekahan (makanan yang disajikan untuk para tamu atau orang yang hadir) yang umumnya berisi nasi takir dengan suwiran ayam ingkung, sayur gudhangan, sayur kluwih (kothok), apem di atas ketan, kolak, lauk pauk, telur rebus, pisang, jajanan pasar, kerupuk dengan thontho dan gebingan, dan uang wajib 1000 rupiah yang dibungkus kertas atau dengan aneka ragam bentuk sesuai adat kebiasaan.
Tiga tahapan yang harus ada dalam kegiatan kenduri adalah (1) persiapan, (2) pembacaan doa, dan (3) penutup. Tahapan pertama berupa persiapan beragam makanan sesuai dengan jenis dan tujuan selamatan. Tahap kedua berupa kegiatan pembacaan doa yang dilakukan oleh orang yang dianggap “tua” dan “tahu” atau biasa disebut Kiyai atau Imammuddin (Modin/pak Kaum).
Praktik Kenduri merupakan bagian kearifan lokal yang tidak pernah hilang meskipun cara atau proses sedikit berbeda dari waktu ke waktu maupun perbedaan terjadi antara satu tempat dengan tempat lainnya, karena Kenduri itu sendiri adalah bagian syukur kepada Allah dengan cara bersedekah makanan bagi sesama sekaligus gotong royong dan kebersamaan karena bersama-sama berdoa agar dikabulkan hajatnya, semoga bermanfaat.
wa Allahu a'lam...