Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri
TRIBUN-VIDEO.COM, SOLO - Sebuah Makam tersembunyi terdapat di Jalan Sidomukti Utara 2 di Kampung Tegal Keputren, RT 02/V, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Solo.
Nampak, makam tersebut hanya seperti taman. Tak ada batu nisan, maupun tanda yang menunjukan jika bangunan tersebut adalah makam.
Nampak hanya ada pohon kamboja dan tanaman lainnya, seperti taman Desa, yang dikelilingi tembok setinggi sekira 1 meter.
Canggah Dalam PB X Keturunan ke IV, KRMT. L. Nuky Mahendranata Nagoro mengatakan, lokasi tersebut diyakini merupakan makam Sekar Kedhaton.
"Sekar Kedhaton sendiri merupakan putri dari Sultan Hadiwijaya, atau Joko Tingkir," katanya, Kamis (16/12/2021).
Makam ini menceritakan kisah percintaan antara Raden Pabelan, dengan Sekar Kedhaton.
Diceritakan, Raden Pabelan merupakan putra petinggi Kerajaan Pajang Tumenggung Mayang, yang mempunyai kebiasaan bermain wanita.
Sang ayah menentang anaknya untuk mendekati Sekar Kedhaton.
Awalnya Pabelan gentar dengan larangan itu, namun dia justru semakin tertantang jika bisa mendekati putri sang raja.
"Lewat dayang yang pergi ke pasar, Pabelan menitipkan bunga dan surat rayuan lewat perantara dayang itu," ujarnya.
"Sang Putri yang tergoda dan mendengar berita ketampanan Pabelan, mencari cara untuk mengundangnya masuk keputren," imbuhnya.
Dengan berbagai cara, Raden Pabelan berhasil masuk ke kawasan Keputren, dan menemui Sekar Kedhaton.
Tapi kedatangan Pabelan ke kamar keputren tercium pihak istana.
Sang raja kemudian memerintahkan Wirakerti, Suratanu, dan para jajaran prajurit Pajang untuk menangkap penyusup keputren itu.
"Awalnya Raden Pabelan enggan untuk keluar, tetapi dengan janji akan dinikahkan, dan tidak akan dihukum, dia mau keluar dari dalam kamar sang putri," ujarnya.
Namun sesampainya di pelataran, tubuh Raden Pabelan dihujami berbagai senjata tamtama, hingga dia meninggal dunia.
Jasad Raden Pabelan pun dibuang di sungai Laweyan, yang tak jauh dari lokasi makam Sekar Kedhaton.
Sementara itu, Sekar Kedhaton yang tak bisa menerima kematian Raden Pabelan menjadi sedih, hingga memutuskan bunuh diri.
"Putri memutuskan menceburkan diri ke sumur Keputren," ujarnya.
Mengetahui hal itu Sultan Hadiwijaya merasa terpukul, namun dia juga harus adil dalam menjatuhkan hukuman pada sang putri yang dipandang melakukan kesalahan besar.
"Sebagai hukuman, tubuh Sekar Kedhaton tidak diangkat dari dalam sumur, dan menjadikan sumur tersebut sebagai rumah abadi sang Sekar Kedhaton," kata dia.
Taburan bunga setaman pun diberikan sebagai tanda bahwa sumur itu sekaligus makam sang putri.
Sumur tersebut kemudian ditutup. Sebatang pohon Kamboja di keputren menjadi penanda cinta sang Sekar Kedhaton yang berakhir tragis. (TribunSolo.com/Agil Tri)
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Kisah Makam di Pinggir Jalan Kampung Pajang Solo: Akhir Sedih Cinta Raden Pabelan & Sekar Kedhaton, https://solo.tribunnews.com/2021/12/1....
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Ryantono Puji Santoso
Информация по комментариям в разработке