Arja Lingsar "Ruwat Gumi" Sesolahan Ratu Ayu Pura Desa Ubud Bagian 2 dari 2

Описание к видео Arja Lingsar "Ruwat Gumi" Sesolahan Ratu Ayu Pura Desa Ubud Bagian 2 dari 2

kondisi di masa Pandemi berpengaruh besar terhadap pola hidup masyaraat dunia, tak terkecuali Bali. Hampir semua lini kehidupan "lumpuh" dan terpuruk. Hendaknya dalam menyikapi kehidupan saat ini kita harus bersabar dan bijaksana. sesuai dengan keyakina masyarakat Bali, sesuatu yang terjadi tidak terlepas dari kehendak Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita sadar dan berserah kehadapan Beiau. Karya dalam video ini merupakan pengejawantahan dari perasaan hati masyarakat Bali, yang mana hal terakhir yang bisa dilakukan dalam keterpurukan adalah berserah dan memohon pengampunan kehadapan Beliau serta memohon anugerah kehidupan yang lebih baik seperti sediakala. beberapa simbol sistem Pekraman disajikan dalam karya ini. Mulai dari Punta dan Kartala sebagai simbol masyarakat/krama, Mantri sebagai simbol Sang Prabu/Nataraja, dan sosok Rangda yaitu Ratu Ayu sesuhunan jagat Desa Pekraman Ubud sebagai simbol Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dari semua simbol yang dihadirkan, kami selaku kreator dalam karya persembahan ini, ingin mengingatkan kembali bahwa sistem pekraman bukan hanya menata manusianya atau fisik yang kasat mata, namun lebih dari itu, juga untuk memuliakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa menjadi simbol keyakinan yang dipuja dan distanakan dalam setiap pura yang terdapat didaerah setempat. Tujuannya adalah satu, yaitu "Mewali ring Huluning Sang Kerta" kembali pada tugas dan fungsi masing-masing dalam kehidupan agar tercipta kerahayuan dan kasukertaning jagat.

Arja Lingsar merupakan dramatari Arja yang dimainkan dalam posisi duduk oleh para penari, tanpa ada aturan yang mengikat (para penari bebas duduk dimana saja asalkan tetap terhubung satu sama lainnya) namun aturan dalam pengarjan tetap diberlakukan seperti polah palih papeson jangkep. Lingsar merupakan singkatan dari Linggih Sarat yang mana pemaknaannya dalam posisi duduk kita melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan sarat makna.

Pola gegendingan saat sesolahan sesuhunan, menggunakan pola Sesanghyangan yang mana isian dalam liriknya adalah "Nyihnayang Angga" dalam sosok Rangda. Jadi kami sebut pola gegendingan ini dengan "Cihna Angga".

Karya ini terwujud berkat erjasama yang baik dengan seluruh elemen masyarakat Desa Adat Ubud, baik dari aparatur adat maupun dinas. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada;
Jero Mangku Pura Desa Ubud
Jero Bendesa Desa Adat Ubud
Parajuru Pura Desa Ubud
Kelihan Banjar Adat maupun Dinas Ubud Kelod
Baga Kesenian Pura Desa Ubud
Ketua Pemuda Putra Sesana Ubud Kelod
dan seluruh masyarakat Desa Adat Ubud yang telah mendukung terwujudnya karya ini.

#sesolahanratuayupuradesaubud
‪@calonarangtaksu4365‬ @calonarang ‪@BALIUpdate‬ @senibudaya @seni

Комментарии

Информация по комментариям в разработке