Karawista, Sirawista, Siwawista

Описание к видео Karawista, Sirawista, Siwawista

   • Karawista, Sirawista, Siwawista  
KARAWISTA, SIRAWISTA, SIWAWISTA
#DaunIlalangYangDiikatkanDiKepala
#SiwawistaKarawistaYangDigunakanOlehYangTelahMedwijati
#DigunakanWalakaDinamakanKarawista,
Dalam tradisi Hindu di Bali acapkali ditemukan seseorang menggunakan sesuatu sebagai ikat kepala. Sesuatu itu disebut Siwowista-Sirawista atau Karawista. Siwowista atau Sirawista atau Karawista terbuat dari tiga helai daun ilalang yang dirangkai sedemikian rupa sehingga bagian depannya membentuk lingkaran sebagai lambang Windu dan titik sebagai lambing Nada. Windu dan Nada dalam agama Hindu merupakan simbol konstruktif akasara suci OM yang tersusun dari Aksara A (Ang), U (Ung) dan M (Mang). Satu ujung diikat sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah lingkaran kecil dengan ujung pucuknya tegak ke atas. Pada simpulnya diselipkan helai bunga warna merah dan putih. Saat dikenakan, simpul bunga tepat di tengah dahi. Sedangkan tiga helainya ditarik kebelakang. 1 (satu) helai di sisi kanan dan 2 (dua) helai di sisi kiri untuk diikatkan belakang kepala. Simpul Sirowista/Sirawista atau Karawista yang membentuk lingkaran adalah perlambang windu dan ujungnya yang menyatu dalam satu titik adalah nada sehingga menjadi perlambang aksara suci Om. Warna hijau ilalang, bunga merah dan putih melambangkan Tri Murthi : Brahma, Wisnu, Siwa. Secara etimologi kata sirowista/Sirawista merupakan kata yang terbentuk dari kata ‘SIRO/SIRAH’ (kepala, mahkota, bagian puncak), dan kata ‘WISTA’ yang artinya: pengendalian untuk mencapai kemanunggalan (dengan yang dipuja). Ini sesuai dengan isi lontar Aji Gurnita dalam bentuk alih aksara pada tahun 1993, koleksi Kantor Dokumentasi Budaya Bali, yang menyebutkan istilah “Sirawista”. Sedangkan kata ‘Karawista’, sesuai petikan lontar Śiwapakarana. Pada lontar ini ‘Karawista’ berarti pengikatan tiga helai alang-alang (ambengan: bahasa bali), di kepala sebagai lambang agar seluruh tubuh yang memakai bisa terpusat pada obyek yang dipuja. Kata ‘kara’ menunjuk pada badan/tubuh baik badan jasmani maupun badan rohani. Itu sebabnya saat proses sembahyang ada istilah ‘kara suddhamam’, yang artinya pensucian (suddha) badan (kara), sendiri (mam). Jadi Sirawista dan atau Karawista dipergunakan ketika sesorang menjalani upacara pensucian diri (samskara). “Sirowista atau Sirawista atau Karawista diikatkan di kepala dengan maksud bahwa sejak itu seseorang telah diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk selalu mensucikan diri yakni dengan selalu mengingat Hyang Widhi melalui aksara OMkara. Dengan diikatkannya sirowista/Sirawista/Karawista ini yang akhirnya orang tersebut siap untuk melaksanakan swadharma berikutnya. Pada saat mengenakan Sirawista, seringkali ada sesuatu yang disebut kalpika menjadi bagian dari penggunaan karawista. Kalpika terbuat dari daun pucuk diisi bunga yang dilipat-lipat lima kali silih berganti sehingga menjadi tiga lapisan. Kalpika lambang pengringkesan pancaksara menjadi tri aksara menjadi ongkara. Pancaran kekuatan Tri Lingga dan Tri Murti dalam mengendalikan pikiran yang biasanya digunakan pada banten anggen rikala mapetik dan pada saat mewinten khususnya pawintenan saraswati sehingga pikiran ini siap untuk menerima ilmu pengetahuan. Penggunaan Kalpika yang umumnya diikatkan di kepala dan terbuat dari daun kembang pucuk dalam bahasa Bali sebagaimana disebutkan dalam artikel budaya-lokal12, Kalpika yang berbentuk segitiga yang merupakan, Simbol Trilingga, alam semesta ciptaan Sang Hyang Widhi seperti halnya : bulan, bintang, dan matahari.Kemudian ada juga unsur-unsur Tri Murti dan juga bunga berwarna kuning sebagai simbol Mahadewa dan adapun sarana bunga sebagai simbol Tri Murti tersebut sebagaimana dijelaskan yaitu sebagai berikut :Bunga berwarna putih sebagai simbol Siwa, Bunga berwarna merah simbol Brahma, Bungan berwarna biru atau hijau sebagai simbol Wisnu. Sirowista dan Kalpika biasanya juga dikenakan saat orang yang mejaya-jaya berbagai upacara pembersihan diri seperti mewinten, tiga bulanan, mebayuh oton, upacara pernikahan, dan lain-lain. Mengikat Sirowista dan Kalpika di kepala merupakan simbul pengikatan diri agar pikiran terpusat pada yang dipuja yaitu Hyang Widhi. Tiap kali melaksanakan upacara penyucian diri Sirowista dan Kalpika diikatkan di kepala, kita diingatkan akan makna yang terkandung dalam sloka Gita, untuk selalu memusatkan pikiran pada Hyang Widhi. Selain mempunyai kekuatan mistis setelah mendapatkan doa dan puja mantra Sulinggih, Sirowista dan Kalpika memberi makna mendalam nan indah, agar kita selalu ingat menyatukan pikiran yang beraneka dan berubah-ubah dengan cepat untuk menjadi satu saat memujaNya.

Bagaimana penjelasan selanjutnya, silahkan simak sesuluh Yudha Triguna melalui Yudha Triguna Channel pada Youtube, juga pada Dharma wacana agama Hindu.
Untuk mendapatkan video-video terbaru silahkan Subscribe
https://www.youtube.com/channel/UCB5R
Facebook: www.facebook.com/yudhatriguna
Instagram:   / yudhatrigunachannel  

Комментарии

Информация по комментариям в разработке