MENGAPA DAN KAPAN MEMAKAI TIPAT DAMPULAN

Описание к видео MENGAPA DAN KAPAN MEMAKAI TIPAT DAMPULAN

   • MENGAPA DAN KAPAN MEMAKAI TIPAT DAMPULAN  
MENGAPA DAN KAPAN MEMAKAI TIPAT DAMPULAN
#TipatDampulanItuApa.
#KajengKliwon
#PenunggunKarang

Tipat dampulan adalah salah satu lokal jenius bali yang telah diturunkan secara turun temurun oleh para leluhur. Menurut Kamus Jawa Kuno ZOETMULDER dampulan berarti berkumpul atau bersatu, sedangkan dalam klamus bahasa bali dampul diartikan tipat dampulan. Kata Dampulan juga diartikan menahan di bawah; menyokong dari bawah. Bentuk tipat dampulan sekilas seperti burung tetapi jika diperhatikan lebih jelas bentuknya lebih mendekati seekor penyu atau tukik. Penyu ketika bertelur akan meninggalkan telurnya didarat dan ketika telur menetas menjadi seekor tukik akan berusaha mengatasi segala rintangan hidupnya. Penyu secara simbolis adalah spesies sabar, mandiri, dan kuat. Para leluhur kita mengajarkan kita menghaturkan tipat dampulan bermakna agar mampu menahan dan menyokong sebuah kehidupan dengan Sabar dan terus berusaha mendewasakan diri. Unsur-unsur dalam banten tipat dampulan, yaitu: 1) Tamas/Ceper yang digunakan alas untuk nanding/merangkai banten tipat dampulan; 2) tipat dampulan yang telah diisi beras kemudian direbus; 3) rerasmen kacang saur; 4) jajan uli begina; 5) pisang; 6) laklak tape; 7) sampian plaus yang dilengkapi dengan porosan dan bunga, dan canang genten. Lalu kapan tipat dampulan digunakan ? Tipat dampulan dihaturkan pada kajeng kliwon, Kajeng kliwon diyakini sebagai hari yang keramat karena merupakan pertemuan hari terakhir Triwara dan Hari terakhir Pancawara. Dalam Teks Lontar Sundarigama kajeng kliwon adalah simbul pikiran bersih dan suci, pelebur kepapaan, petaka, noda bencana dan segala kekotoran sebagai dinyatakan:“Bhyantara/kliwon ngaran citta nirmala,dhyana Sang Hyang Mahadewa, Caturdasa Siwa, penelas ing papa petaka, wighna saklesa ning rat Bhuwana”. Kajeng kliwon juga diyakini sebagai hari dimana betara Siwa beryoga semadi maka ada beberapa hal yang wajib dilaksanakan seperti memohon air suci dan mengaturkan wewangi pada merajan dan menyuguhkan segehan untuk bala pasukan Betari Durgha yaitu para Bhutakala yang akan membencanai dan mengganggu orang orang yang menghuni sebuah pekarangan. Selain segehan yang disuguhkan oleh para Bhutakala, tipat dampulan juga menjadi sesajen pokok pada hari kajeng kliwon karena mengandung sebuah harapan bahwa manusia dapat bertahan, bersabar dan mampu menyokong dirinya agar tidak mudah diruntuhkan oleh malapetaka, kepapaan dan kekotoran duniawi dari segala godaan yang dimunculkan oleh pengaruh keangkeran dan kemistisan hari kajeng kliwon. Dimana saja perlu canang diisi tipat dampulan ? Banten tipat dampulan dihaturkan pada pelinggih yang memiliki energi tetentu yang kuat seperti Pelinggih Ratu Ngurah, Pelinggih Penunggu Karang, Pelinggih Indra Belaka. Pelinggih ratu Ngurah Agung yang biasa disebut penglurah adalah stana Bhatara Kala Putra dari Bhatara Siwa yang bertugas untuk menjaga kesucian areal Pemerajan atau Pura dan juga menjadi pengawal pribadi para Ista Dewata. Pelinggih Penunggu Karang dalam teks Kala Tatwa merupakan stana Dewi Dhurga dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Durga Manik Maya dan sebagai Stana Betara kala Raksa. Pelinggih Indra Belaka adalah stana dari Sang Hyang Indra Belaka yang bertugas menjaga pekarangan dari pengaruh pengaruh negatif yang dipengaruhi oleh pemanes karang, seperti pekarangan tumbak rurung dan penyeban karang panes lainnya. Di pelinggih pelinggih inilah banten tipat dampulan dengan harapan agar seluruh unsur negatif dapat ditenangkan dan tidak mengganggu seluruh penghuni pekarangan tersebut. Adakah Mitologi atau sumber mengenai pentingnya tipat dampulan ? Dalam mitologi Bedawangnala atau kura kura sebagai dasar Padmasana. Badawang (bhs.Sansekerta) artinya kura-kura besar. Di Bali disamakan dengan Empas. Nala (bhs.Sansekerta) berarti api, Dengan demikian Badawangnala berarti Empas mejanggar Api yang kemudian dalam agama Hindu dipakai simbol sebagai dasar Bumi. Badawangnala sebagai dasar Padmasana dililit dengan oleh dua ekor naga. Naga itu lambang lapisan Bumi.Padmasana itu lambang Bumi dihuni manusia, dijaga oleh para dewa untuk menghindari kerusakan yang selalu dilakukan oleh para raksasa. Simbol-simbol ini jika dikaitkan dengan Sains dinyatakan: Badawangnala adalah magma/sumber panas bumi. Naga lambang lapisan tanah yg memegang magma. Jika lapisan bumi melemah/patah terjadilah gempa. Di Bali disebut linuh. Mitologi kedua, tipat dampulan dihubungkan dengan mitologi Kurma Awatara dimana Dewa Wisnu mengambil wujud kura- kura dalam kisah pemutaran Mandaragiri yang terdapat dalam kitab Adiparwa beserta Purana lainnya. Terkait penggunaan tipat dampulan belum ada tulisan jelas yang menyuratkan tentang banten dampulan secara mengkhusus. Penggunaan tipat dampulan pada hari kajeng kliwon merupakan warisan leluhur yang kita lanjutkan sampai saat ini.

www.facebook.com/yudhatriguna
Instagram:
  / yudhatrigunachannel  
Website:
https://www.yudhatriguna.com

Комментарии

Информация по комментариям в разработке